Thursday, 4 July 2024

Alogo

 

A L O G O

Karya Sumihar Deny Tampubolon

 

 

 

 

 

 

 

 


 

BABAK I

 

SEBUAH KERAJAAN, TERLIHAT RAJA YANG SEDANG TERMENUNG. DI SEKITAR TERDAPAT PUTRI, PENASEHAT DAN PERDANA MENTRI. SEORANG PRAJURIT MEMASUKI ALTAR.

Prajurit 1           : Lapor yang mulia, sampai saat ini pasukan kerajaan Hariara masih berada di depan gerbang istana dan utusan mereka hendak bertemu langsung dengan anda yang mulia.

Raja Dolok       : Suruh dia menghadap.

Prajurit              :  Baik yang mulia.

Raja Dolok       :  Entah apa yang diinginkan oleh kerajaan pecinta perang itu terhadap kerajaan kecilku. Pelayan, siapkan jamuan dan hidangan untuk tamu kita. Sudah kewajiban kita sebagai tuan rumah untuk melayani tamu. 

Penasehat          : Baginda, sebaiknya baginda memilih sikap yang hati-hati. Lihatlah jumlah pasukan kerajaan Hariara yang telah datang di gerbang istana. Jumlah mereka sangat banyak. Aku yakin mereka hendak menaklukkan kerajaan kita. Jangan lupa, raja Balga, maupun jenderal kebanggan mereka Jenderal Alogo merupakan manusia-manusia yang haus perang. Hamba takut, kedatangan mereka merupakan pertanda buruk bagi kerajaan kita.

Raja Dolok       : Aku juga sudah menyadarinya dari jauh-jauh hari. Tapi masa depan kerajaan ini ada di tangan kita. Aku tidak mungkin menyerahkan nasib seluruh rakyatku ke tangan penguasa lalim seperti dia.

Penasehat         : Lantas apa yang akan baginda lakukan? Kita jelas tidak mungkin menang melawan prajurit Kerajaan Hariara. Tentunya baginda juga tau bagaimana keadaan kerajaan Harangan, kerajaan Binanga, dan beberapa kerajaan lain yang kini menjadi jajahan mereka.

Raja Dolok       : Aku tidak peduli entah bisa menang melawannya atau tidak. Namun aku lebih memilih mati melawan, daripada hidup terinjak.

Prajurit              : Utusan Kerajaan Hariara datang.

Utusan              : Hahahaha. Selamat siang yang mulia Raja Dolok  penguasa kerajaan Huta. Apa kabar yang mulia?  Kenapa suasana kerajaan tuan sangat sepi. Bahkan kuburan bisa lebih ceria dari aula tuan yang megah ini.

Raja Dolok       : Wahai engkau utusan dari kerajaan Hariara. Ada apa kiranya rajamu mengutus engkau ke kerajaan kecilku ini. Dari sikapmu jelas terlihat rajamu tidak mengajarkan bagaimana tata krama berhadapan dengan raja dari kerajaan lain, dan kenapa rajamu hanya mengirimkan utusan untuk menemuiku secara langsung. Kenapa dia tidak datang sendiri menghadapku?

Utusan              :  Hahahaha, maafkan kelancangan hamba. Raja hamba, yang mulia Raja Balga tidak dapat menghadap anda secara langsung. Beliau sedang dalam urusan yang sangat penting. Tapi sebagai gantinya dia mengirimkan penasehat kerajaan sebagai utusan. Saya harap itu dapat mengganti kekecewaan anda.

                             Baiklah, bagaimana kalau saya langsung membacakan titah dari Yang mulia Penguasa Kerajaan Hariara ? (seraya membuka gulungan kertas yang sedari tadi dibawa)

Raja Dolok       : Baiklah kalau begitu.

Utusan              : Titah Yang mulia Raja Balga penguasa kerajaan Hariara

                             Sahabatku Raja Dolok  penguasa kerajaan Huta. Maafkan sikap lancangku dimana aku tidak secara langsung bertemu denganmu. Tentunya aku sangat mengharapkan sebuah jamuan minum teh bersamamu.

                             Adapun alasanku mengirimkan penasehatku untuk menemuimu adalah untuk mengadakan sebuah perjanjian yang akan menguntungkan kedua kerajaan kita. Sudah lama kudengar kabar tentang kerajaan yang kau pimpin. Oleh karena itu sebagai penguasa kerajaan Hariara, aku ingin menjadikan kerajaan Huta sebagai bagian dari kerajaan Hariara dengan kerajaan Hariara sebagai pusatnya. Aku akan menawarkan perlindungan bagi kerajaanmu jika kau menerima tawaranku, namun aku akan menawarkan sebaliknya jika kamu menolak tawaran ini. Aku tahu kau adalah seorang raja yang bijaksana, tentunya kau akan memberikan pilihan yang bijaksana juga. Salam dariku. Tertanda Raja Balga penguasa kerajaan Hariara .

                             Demikian isi pesan dari Raja Balga. Tentunya raja kami menginginkan jawaban dari anda secepat mungkin. Bagaimana yang mulia?

Raja Dolok       : Menjadikan Kerajaan Huta sebagai bagian dari Kerajaan Hariara ? Kenapa kau tidak mengatakan secara langsung, bahwa kau ingin menjadikan kerajaanku sebagai negara bawahan atau sebagai negara jajahan dan menjadikan seluruh rakyatku menjadi budak rajamu. Itu yang kau inginkan. Kurang ajar.

Utusan              : Maafkan hamba, tapi isi pesan dari raja hamba menginginkan adanya kerjasama yang baik dari anda. Ingat akan tawaran perlindungan keamanan yang akan diberikan oleh raja hamba. Apa kau tidak menghargai niat baik dari Raja Balga?

 Raja Dolok      : Menghargai katamu? Kau datang dengan sepasukan penuh di gerbang istanaku dan menawarkan perjanjian perbudakan dengan seluruh rakyatku. Pengawal! Bunuh utusan kurang ajar ini. Aku menyatakan perang dengan kerajaan Hariara.

Utusan              :  Tunggu, bahkan dalam keadaan perang sekalipun ada perjanjian yang mewajibkan utusan dari pihak manapun untuk dilindungi. Apakah kau tidak punya tata krama sebagai raja?

Raja Dolok       : Aku muak mendengar retorikamu yang berlebihan (seraya mengambil pedang dari prajurit dan langsung memenggal kepala utusan). Jenderal, Siapkan pasukan dan usir musuh dari gerbang istana. Kita harus mempertahankan harga diri kita, jangan biarkan rakyat negara ini dijajah oleh mahluk laknat dari kerajaan Hariara.

Jenderal            : Siap baginda. Sekarang juga hamba akan menghajar anjing-anjing kerajaan Hariara. (bergegas pergi diikuti oleh beberapa prajurit)


 

 

 

PERANG. TERDENGAR TERIAKAN-TERIAKAN DARI LUAR PANGGUNG “HIDUP KERAJAAN HUTA, HIDUP KERAJAAN HUTA”. BEBERAPA SAAT KEMUDIAN  JENDERAL YANG TADI DITUGASKAN UNTUK MEMBERANTAS MUSUH MEMASUKI AULA DALAM KEADAAN LUKA-LUKA.

 

Jenderal            : Maafkan hamba baginda, mereka terlalu kuat. Mereka jelas bukan lawan kita. Terlebih lagi mereka memiliki Jenderal Alogo. Dia adalah monster. Dia mengalahkan puluhan prajurit kita sendirian. Aku bahkan meragukan kalau dia manusia.

Raja Dolok       : Bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin mereka bisa mengalahkan kita secepat ini? Bukankah gerbang istana kita terkenal akan kekuatan dan hampir mustahil ditembus musuh?

Jenderal            : Baginda , kita sudah ditipu. Utusan tadi bukanlah penasehat Kerajaan Hariara. Dia hanyalah prajurit biasa. Ternyata selama ini mereka telah memata-matai kita. Banyak prajurit mereka yang menyamar jadi prajurit kita. Mereka menyerang dari dalam dan luar gerbang. Itulah sebabnya mereka dapat mengalahkan kita dalam waktu yang sangat singkat. Maafkan hamba baginda.

 

TERLIHAT JENDERAL ALOGO BESERTA SAHABATNYA BAGAS MEMASUKI RUANGAN KERAJAAN.

 

Jenderal Alogo : Hahahaha, Bagaimana Raja Dolok? Apakah kau sudah merasa menyesal dengan keputusan awalmu?

Raja Dolok       : Kurang ajar, berani sekali kau mengancamku. Prajurit bunuh mereka berdua

 

 

 

 

 

DUA ORANG PRAJURIT YANG SEDARI TADI MENGAWAL RAJA LANGSUNG MENYERANG KE ARAH ALOGO DAN BAGAS, NAMUN BAGAS SEGERA BERLARI DAN MENGHAMPIRI KEDUA PRAJURIT DAN MENGALAHKAN DENGAN SANGAT MUDAH

 

Bagas                : Sangat ceroboh, apa kau kira pengawal rendahanmu dapat mengalahkan kami berdua?

Raja Dolok       : Aku akan membunuhmu Alogo, rasakan ini keparat.

Bagas                : Hadapi aku dulu sebelum punya niat untuk membunuhnya.

Alogo                : Bagas, biarkan Raja Dolok melawanku. Sepertinya ini akan menyenangkan. (raja kemudian berlari dan langsung menusukkan pedangnya ke arah perut Alogo, anehnya Alogo tidak terlihat menghindar sedikitpun)

Raja Dolok       : Mati kau Alogo, ini upahmu karena telah menyerang kerajaanku, mati kau Alogo (seraya mempekuat tikaman pada Alogo)

Jenderal Alogo :  (masih tertikam) Raja Dolok, aku sangat kasihan denganmu. Apa kau benar-benar berpikir, bahwa aku akan mati dengan tusukkan seperti ini? Kau benar-benar menyepelekan aku sebagai Jenderal Besar Kerajaan Hariara. Maaf yang mulia Raja Dolok, tapi kau harus mati di tanganku (Alogo menghunus pedang dan hendak menikam Raja Dolok)

Jenderal            : Yang Mulia, maafkan hamba tidak bisa melindungi kerajaan. Baginda, lari baginda, hamba mohon baginda lari. Dia bukan manusia, dia monster. (seraya memeluk Alogo agar raja bisa lari)

Alogo                : Ya, larilah raja. Jadilah pengecut. Hehehe, apa kau benar-benar berfikir bisa melindungi raja dariku?

Jenderal            : Lariiiii yang mulia, lariii, lariii.. (mati)

Raja                  :  Maaf Jenderal, sepertinya kita akan segera bertemu di surga. (kembali mengambil pedang dan berlari ke arah alogo)

FADE OUT

 

Lagu :

 

BABAK II

KERAJAAN HARANGAN, TERDAPAT SINGGASANA RAJA. DI SEKITAR TERLIHAT ALOGO, BAGAS, MENTRI DAN BEBERAPA ORANG PRAJURIT DENGAN PAKAIAN RESMI KERAJAAN.

 

Prajurit              : Yang Mulia Baginda Raja Balga datang. Hormat untuk Baginda Raja.

Semua               :  Salam Baginda. Terimalah hormat kami yang mulia raja. Semoga Baginda diberkahi umur panjang dan sehat selalu.

(Terlihat raja memasuki aula didampingi oleh permaisuri.)

Raja                  : Heheheheehhe, sudah… sudah.. bangunlah. Hahahahaha. Dimana Jenderalku? Hahahaha. Aku sudah yakin akan mendapat berita yang menyenangkan ini.

Prajurit             : Upacara penyerahan medali penghormatan kepada Jenderal Alogo siap dimulai.

Raja                  : Baiklah, mari kita mulai

                             (dua orang dayang istana memasuki aula dengan membawa nampan dengan medali di atasnya)

Prajurit             : Jenderal Alogo dipersilahkan memasuki Aula.

Raja                  : Alogo, Jenderal kebanggan kerajaan Hariara. Engkau memang Jenderal sejati. Atas prestasi dan keberanianmu, aku menganugerahimu medali penghargaan yang hanya diberikan kerajaan untuk pahlawan yang telah berjasa besar pada kerajaaan. Tapi Alogo, ini hanyalah permulaan. Setelah penaklukan Kerajaan Harangan, Kerajaan Baringin, Kerajaan Balian, Kerajaan Binanga, serta Kerajaan Huta, masih ada hal yang harus kita kerjakan. Masih banyak kerajaan-kerajaan lain yang berada di seberang yang belum mengakui kedaulatan Kerajaan Hariara. Tidak ada alasan untuk tidak menundukkan mereka. Mari jadikan kerajaan Hariara sebagai kerajaan terkuat diantara semua kerajaan yang ada dengan menundukkan kerajaan-kerajaan yang lain. Jenderal Alogo, apakah kau bersedia menundukkan kerajaan-kerajaan yang ada?

Alogo                : Hamba Siap Yang Mulia Raja Balga.

Raja                  : Hahahahaha baiklah kalau begitu. Mulai sekarang, anggaran militer akan kita prioritaskan. Alogo, kau boleh mempergunakan harta dari negara jajahan berikut para pemuda mereka yang layak perang dalam mewujudkan mimpi ini. Alogo, mulai sekarang kau akan dikenal sebagai Jenderal penakluk singa. Hidup Jenderal Alogo sang penakluk singa.

Semua               : Hidup Jenderal Alogo sang penakluk singa, hidup Jenderal Alogo sang penakluk singa, Hidup yang mulia Raja Balga penguasa seluruh kerajaan, hidup yang mulia raja Balga penguasa seluruh kerajaan.

FADE OUT

Lagu :

                            

 

DI SEBUAH TAMAN DENGAN POHON BESAR, ALOGO DAN BAGAS SEDANG BERLATIH PEDANG DENGAN SANGAT SENGIT. SEMENTARA ITU PUTRI TAPIAN YANG DUDUK DI BAWAH POHON HANYA TERDIAM DAN MENGAMATI PERTARUNGAN KEDUANYA. DALAM SUATU KESEMPATAN ALOGO BERHASIL MEMUKUL PEDANG BAGAS HINGGA PEDANGNYA TERJATUH, DAN ALOGO MENGARAHKAN PEDANG KE LEHER BAGAS.

 

Alogo                : Bagas, lagi-lagi kau kalah. Kau sangat lemah.

Bagas                :  Bukan aku yang lemah Alogo, kaulah yang terlalu kuat. Kau jenderal yang dijuluki si penakluk singa, mustahil ada yang mampu mengalahkanmu dalam bertarung.

Alogo                : Hahahaha, kau hanya mencari alasan. Jika kau lebih bersungguh-sungguh mungkin kau bisa mengimbangi cara bertarungku. Dalam bertarung tidak ada yang namanya belas kasihan, jadi jangan menahan tenagamu untuk melawanku. Ingat Bagas, dalam bertarung kau tidak memiliki satu alasanpun yang tepat untuk kalah.  (berjalan menghampiri Putri Tapian).

                             Halo sayang, kuharap kau tidak bosan menungguku.

Putri Tapian      : Melihatmu adalah hobiku, bagaimana mungkin aku bosan?

Alogo                : Tidak ada yang lebih menyenangkan selain mendengar suaramu setelah sekian lama berada di medan perang, putri.

Putri Tapian      : Alogo. Di masa-masa seperti ini, saat engkau tidak sedang dalam tugas harusnya engkau lebih sering bersama denganku. Bukannya terlalu sibuk dengan urusan-urusan yang lain. Kau kan tahu, jika kau sedang dalam tugas, maka kita tentu tidak akan bisa bertemu.

Alogo                : Putri, kau tau sendiri keadaanku saat ini. Tugasku masih sangat banyak. Bagaimana mungkin aku mampu membiarkan kepentingan pribadi kita menghalangi kepentingan kerajaan ini. Tentunya kepentingan kerajaan harus diutamakan terlebih dahulu. (berpaling ke Bagas) Oiya Bagas, bagaimana kabar kerajaan-keajaan koloni? Apakah para pemberontak masih melakukan gerakan-gerakan yang baru?

Bagas                : Aku rasa para pemberontak yang hendak melepaskan diri dari kerajaan Hariara sudah tidak ada lagi. Apa kau lupa, kan kau sendiri yang memancung mereka. Aku yakin itu sudah sangat cukup untuk memberikan pelajaran kepada yang lain untuk tidak melakukan pemberontakan yang tidak berguna. Lagipula kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal itu?

 Alogo               : Tidak, aku hanya kuatir saja, seandainya kerajaan-kerajaan koloni bergabung dan bersatu melawan kita, tentu mereka akan mampu mengalahkan kita. Kau sebagai orang kepercayaanku seharusnya mengetahui akan hal itu. Kita tidak boleh menyepelekan mereka. Sekali ada pergerakan yang mencurigakan, kita harus memutusnya hingga ke akar-akarnya. Aku takut akan adanya provokasi yang menggabungkan kerajaan-kerajaan koloni atas dasar persamaan nasib sebagai kerajaan jajahan Kerajaan Hariara. 

Putri Tapian      : Alogo, menurutku kau terlalu keras dalam memperlakukan kerajaan-kerajaan koloni. Apa tidak sebaiknya kerajaan-kerajaan koloni diperlakukan dengan lebih bersahabat agar mereka dapat mencintai dan menyayangi kerajaan induk? Semakin keras kita memperlakukan mereka, maka akan semakin banyak yang memiliki niat untuk membalaskan dendam.

Alogo                : Putri Tapian yang cantik, kau mungkin pintar dan berpendidikan namun aku yakin ini bukanlah bidangmu. Jika aku membiarkan satu orang pemberontak hidup, maka keesokan harinya akan ada sepuluh pemberontak baru yang meneruskan pemberontakan yang pertama. Kepala pemberontak harus dipenggal, bahkan jika dia memiliki sepuluh kepala. Bagaimana Bagas? Apa kau setuju denganku?

Bagas                : Hehehe, bagaimana mungkin aku tidak setuju denganmu? Kau  Jenderal Alogo yang dikenal sebagai penakluk singa, sedangkan aku hanyalah Bagas. Kemanapun kakimu melangkah maka kesitupulalah kakiku melangkah.

Alogo                : Hahaha, jangan begitu, kau tidak sama dengan para pejabat yang lain. Kau Bagas, sahabat kecilku yang selalu mendukung.  Kau tentu tidak sama dengan yang lain, yang hanya menginginkan jabatan dan emas.

Bagas                : Terimakasih  Alogo. Oiya, aku hendak kembali ke istana, masih ada beberapa urusan yang harus aku kerjakan mengenai pengendalian kerajaan-kerajaan koloni.

Alogo                : Baiklah Bagas, nanti aku akan menemuimu di tempat pertemuan dan akan membahas mengenai strategi yang baru. 

Bagas                :  Aku pergi dulu (seraya berjalan ke luar panggung)

Putri Tapian      : Alogo, apa kau masih memiliki niat menggulingkan Raja Dolok?

Alogo                : Putri, kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal itu? Apa menurutmu akan ada masalah dengan rencanaku menggulingkan raja. Kau tetap mendukungku bukan?

Putri                  : Bukan begitu, aku akan tetap mendukung apa yang kau lakukan, tapi apa tidak sebaiknya kau memikirkannya lagi?

Alogo                : Putri, apa kau tidak lihat bagaimana Raja Balga berkuasa? Namanya terdengar kemana-mana sebagai raja yang besar, padahal kenyataannya dia tidak mengerti apa-apa mengenai kerajaan ini. Akulah yang berupaya menjadikan kerajaan ini menjadi kerajaan besar. Jika aku tidak segera menggulingkannya, maka aku hanya akan menjadi sapi perahan yang selalu memperluas kerajaan ini dan dia menikmati dari balik singgasana. Harusnya singgasana itu menjadi milikku dari dulu.

Putri Tapian      : Bukan itu yang kumaksud, apa kau tidak memikirkan berapa banyak darah yang akan tertumpah dalam rangka revolusi yang akan kau lakukan? Jenderal Alogo yang agung membunuh rajanya sendiri. Bukankah itu hanya akan merusak namamu saja? Menurutku,  posisimu sekarang sudah sangat hebat dan kau sangat dikenal dikalangan negara-negara tetangga. Kau tidak membutuhkan gelar raja.

Alogo                : Putri Tapian, apa kau sudah lupa apa yang dilakukan oleh Raja Balga terhadapmu? Dia bahkan tidak layak mendapat gelar raja.

Putri Tapian      : Alogo…

Alogo                : Putri Tapian, kau jangan melupakan siapa dirimu yang sebenarnya. Putri Tapian, kau adalah putri dari Pangeran Pukka, putra pertama Raja Naparjolo penguasa kerajaan Hariara yang sebenarnya. Harusnya ayahmulah yang menjadi raja yang berkuasa di kerajaan Hariara.

Putri Tapian      : Alogo, sudahlah, tak usah bicarakan hal itu.

Alogo                : Putri Tapian, harusnya kau membalaskan dendam dari ayahmu. Apa kau lupa bagaimana Raja Balga yang merupakan putra kedua dari Raja Naparjolo membunuh Pangeran Pukka demi singgasana dan tahta? Dia tidak layak jadi raja. Bahkan saudaramu, tuan muda Nagogo ikut dibunuh karena dia masih memiliki kesempatan memiliki tahta kerajaan.

                             Putri Tapian, sebuah revolusi memang bermakna pertumpahan darah. Namun sebuah revolusi harus dilaksanakan jika memang itu yang terbaik. Biarkanlah mereka yang darahnya tertumpah menjadi tiang-tiang pengokoh kerajaan ini.

Putri Tapian      : Aku tahu Alogo, namun jika kita membalaskan dendam kita dengan membunuh Raja Balga, maka akan lahir tapian-tapian yang baru yang nantinya akan memiliki dendam terhadap penguasa dan berniat untuk melakukan revolusi. Harus ada yang menghentikan lingkaran balas dendam ini. Lagipula Raja Balga memperlakukanku dengan hormat. Aku masih mendapatkan gelar putri. Bukannya aku tidak menyayangi keluargaku. Namun Alogo, jika hanya karna dendam seorang putri mengakibatkan rakyatnya menderita dan pertumpahan darah yang tiada henti, apa seorang putri masih layak dipanggil putri? Kita harus berupaya menghentikan hal ini Alogo.

                             Aku senang kau menyayangiku bahkan berniat membalaskan dendamku. Namun ingat, kau adalah orang yang dipungut oleh Raja Balga, tanpa kebaikannya mungkin kau hanya seorang yang tidak dianggap di kerajaan ini. Bahkan tidak tertutup kemungkinan engkau menjadi seorang pemuda pasar dengan kesenangan berkelahi lantas menjadi centeng pasar. Kau juga memiliki kewajiban untuk membalaskan kebaikan hatinya.

Alogo                : Putri Tapian yang cantik, lupakan sejenak sisi wanitamu dan kau akan mengetahui betapa menyebalkannya diperintah orang bodoh dan penakut seperti dia. Memang benar akan adanya kemungkinan lahirnya putri tapian-putri tapian yang baru. Namun kalau itu demi kebaikan kerajaan ini kenapa tidak? Memang benar, aku berutang budi darinya. Aku hanyalah seorang Alogo yang dipungut dari pasar dan menjadi jenderal atas kebaikan dari sang raja. Tapi apakah menurutmu semua orang dapat menjadi jenderal seperti diriku? Dia merekrutku dan mempromosikanku menjadi jenderal karena dia melihat potensi dalam diriku. Dia tentunya sangat beruntung memiliki seorang jenderal seperti aku. Menurutku hubungan kami berdua adalah hubungan yang saling menguntungkan. Aku tidak sepenuhnya berhutang padanya. Namun dia terlalu memperalat diriku dan mempergunakanku demi kejayaan namanya sendiri. Apa kau tidak lihat bagaimana titahnya? Dia hanya menginginkanku untuk memperluas kerajaan ini hingga namanya terdengar kemana-mana. Sementara dia hanya duduk dengan santainya dan hanya ingin mendengarkan berita kemenangan saja. Kalau masalah pertumpahan darah aku sudah memikirkannya. Aku akan memastikan tidak ada korban yang tidak berguna. Aku hanya akan membunuh orang-orang pengecut yang hanya berani berlindung dibalik namaku. Entah apa jadinya kerajaan ini jika aku tidak segera menurunkan raja pengecut itu. 


 

 

DI SAAT MEREKA SEDANG MENGOBROL, MUNCUL SEORANG KAKEK TUA YANG TERLIHAT LUSUH, DAN MENGUPING PEMBICARAAN MEREKA. TERNYATA ALOGO MENGETAHUI ADA YANG MENGUPING PEMBICARAAN DAN LANGSUNG MENGAMBIL BATU KECIL DAN MELEMPAR SI ORANG TUA TEPAT DI KEPALANYA.

 

Surung              : Aduh, aduh, kenapa kau melemparku? Memangnya ada yang salah denganku?

Alogo                : Apa yang kau lakukan? Kau menguping pembicaraanku? Sepertinya kau mendengar terlalu banyak. Maaf orang tua, tapi kau harus mati di sini. Aku tidak mau mengambil resiko dengan membiarkanku hidup. (sembari menghunus pedang)

Putri Tapian      : Tahan Alogo, aku mengenalnya. Dia hanyalah orang gila yang selalu berkeliaran di sekitar taman ini. Tidak ada gunanya kau membunuhnya. Walaupun dia mendengarkan pembicaraanmu yang tadi, tidak akan ada yang mempercayai kata-katanya.

Surung              : Heh, heh, heh. Maaf, kedatanganku mengagetkan tuan, bukan maksud untuk mengganggu. Aku hanya membawa sebuah pesan yang penting untukmu. Ini  demi kebaikan kalian berdua. Oiya, aku belum memperkenalkan diri. Namaku Surung. Dan aku hendak menyampaikan sebuah pesan penting yang menyangkut kelangsungan hidup umat manusia.

Alogo                : Membawa pesan penting? Apa maksudmu? (berpaling ke Putri)Hey, apa kau yakin dia benar-benar gila?

Putri Tapian      : Hehehehe, aku yakin, dengarkan saja dia ngomong apa. Nanti juga kau akan mengetahui dia gila apa tidak. (sembari tersenyum-senyum)

Surung              : Kalian jangan berbicara terlalu kencang. Nanti dia marah.

Alogo                :  Bicara kencang? Marah? Apa maksudmu?

Surung              : Sttt, nanti dia marah, dari tadi dia mengamati kalian (masih mengendap-endap di balik pohon sembari menunjuk ke arah rimbun dedaunan pohon)

Alogo                : Ada apa disana? Hey apa yang kau maksud.

Putri Tapian      : Alogo, jangan terlalu serius. Hahahahaha, aku sudah pernah mendengar hal yang sama darinya.

Surung              :  Itu (menunjuk kearah rimbun dedaunan) dia masih disana dari tadi, dia mengamati kalian. Hati-hati dia mulai marah.

Alogo                : Dia siapa?

Surung              : itu

Alogo                : itu apa?

Surung              : Arwah.

Alogo                : arwah?

Surung              : Iya, arwah.

Alogo                : Arwah bagaimana?

Surung              : Arwah yang bertengger.

Alogo                : Bertengger? Maksudmu?

Surung              : Iya, dia bertengger.

Alogo                : Lantas kenapa?

Surung              : Harus segera diusir.

Alogo                : Diusir? Apa yang diusir?apa yang kau maksud?

Surung              : Sssssstt…

Putri Tapian      : Hahahaha, Alogo, kan sudah kukatakan jangan terlalu menanggapi dengan serius. Orang gila ini menganggap dirinya bisa melihat arwah. Sekarang dia pasti akan mengatakan kalau ada arwah yang sedang bertengger di pohon.

Alogo                : Hahahaha, dasar orang gila. Bodohnya aku termakan omongan-omongannya.

Surung              : Stttt, dia mulai bergerak.

Putri Tapian      : (menahan tawa) baiklah kakek sakti pengusir arwah, bisakah kau membantu kami mengusir arwah? Kami tidak mau terjadi sesuatu yang tidak kami inginkan. 

Surung              : Apakah kau menyuruhku?

Putri Tapian      : Tidak, kami minta tolong.

Surung              : Apakah kau memaksa?

Putri Tapian      : Tidak, kami tidak memaksa. Kan aku sudah mengatakan bahwa kami minta tolong. Kami membutuhkan bantuanmu wahai kakek yang sakti.

Surung              : Baiklah kalau begitu. Minggir. Minggir. Untuk mengusir arwah seperti ini dibutuhkan mantra sakti mandraguna. Aku harus konsentrasi memulangkan dia ke dunia arwah.

Putri Tapian      : Silahkan kakek sakti.

Alogo                : Kenapa kau meladeninya? Apa kau juga sudah ikut-ikutan gila?

Putri Tapian      : Apa salahnya menyenangkan hati orang? Toh kita tidak dirugikan.

Surung              : Ssssssst, aku bilang jangan berisik. Nanti dia menimbulkan malapetaka. Kau pasti tidak tahu malapetaka apa yang bisa dia timbulkannya.

Putri  Tapian     : Maafkan kami kakek sakti. Bisakah kakek sakti segera mengusir arwah itu?

Surung              : Aku akan mencobanya. Kalian jangan berisik lihat saja. (mendekapkan kedua belah tangan di dada dan membentuk tapa)

                             WAHAI ARWAH KEPARAT PERGILAH KAU (terdengar bunyi kepak burung pergi meninggalkan pohon)

                             Aku sudah mengusir arwah, namun dia tidak kembali ke dunia arwah dia hanya pergi ke tempat lain. Dia terlalu kuat (sambil terengah-engah kecapaian)

Putri Tapian      : Terimakasih kakek sakti. Kami sangat berterimakasih.

Alogo                : Entah siapa diantara kalian yang gila. Tapi aku tidak ingin terlibat dalam dialog aneh ini.

 

TIBA-TIBA DARI LUAR TERLIHAT SEORANG PRAJURIT DENGAN TERBURU-BURU MEMASUKI PANGGUNG

 

Prajurit             : Tuan, tuan. Tuan Alogo, maaf hamba datang secara tiba-tiba. Lapor tuan, tiba-tiba saja Bagas mengamuk di kamp tentara, dia melukai banyak tentara kita bahkan beberapa diantaranya terbunuh.

Alogo                : Apa? Bagas membuat kerusuhan dan membunuh di kamp? Beraninya kau menghina sahabatku. Apa kau sudah bosan hidup?

Prajurit              : Maafkan hamba jenderal, hamba tidak ada niat menghina tuan Bagas. Beberapa rekan hamba sedang dalam perjalanan kemari. Hamba disuruh berlari duluan untuk melaporkan hal ini pada anda Jendral. Maafkan hamba, hamba tidak bermaksud membuat anda marah. Tapi memang begitulah keadaannya.

Putri Tapian      : Alogo, ada apa?

Alogo                : Entahlah, aku juga tidak tahu apa yang terjadi. Prajurit ini melaporkan kalau Bagas membunuh prajurit kita di kamp prajurit. Pengawal, bawa aku segera ke tempat Bagas sekarang. Aku ingin memastikan laporanmu dengan mataku sendiri.

Prajurit              : Tidak perlu tuan. Hamba yakin sebentar lagi dia akan sampai kesini. Semenjak membuat keributan. Dia mencari tuan dan menantang tuan sambil marah-marah. Sepertinya dia kerasukan sesuatu, entah apa. Beberapa prajurit mencoba menahanya namun jelas kami tidak dapat menahannya. Kami bukanlah tandingan tuan Bagas.

Alogo                : Segera temui teman-temanmu. Katakan mereka tidak perlu menahan Bagas. kalau Bagas masih mencariku. Katakan saja aku ada disini.

Prajurit              : Baik tuan (pergi)

Putri Tapian      : Alogo, bagaimana mungkin Bagas bertindak seaneh ini? Lagipula bukankah dia baru saja pergi dari tempat ini. Sangat tidak mungkin jika dia tidak tahu kau ada disini.

Alogo                : Entahlah. Aku tidak mengerti apa yang terjadi. Sepertinya ada sesuatu yang ganjil disini. Bagas tidak akan mungkin menantangku dalam keadaan apapun.

 

DARI LUAR PANGGUNG TERDENGAR TERIAKAN BAGAS, LALU TERLIHAT BAGAS MEMASUKI PANGGUNG DIIKUTI OLEH BEBERAPA PRAJURIT YANG BERUSAHA MENAHANNYA, NAMUN BAGAS DENGAN MUDAH MENGALAHKAN PRAJURIT-PRAJURIT TERSEBUT. BEBERAPA DIANTARANYA LANGSUNG TUMBANG SEMENTARA YANG LAINNYA TERLUKA CUKUP PARAH HINGGA TIDAK MAMPU MELAWAN DAN HANYA MAMPU TERGELETAK DI TANAH

 

Bagas                : Alooogoooooo.. dimana kau? he he he he. dimana kau alogo, aku akan membunuhmu. Sudahlah Alogo, kau jangan bersembunyi. Dimana kau Alogo yang sakti?.Hahahahhaha

Alogo                :  Bagas, sahabatku. Ada apa gerangan kau mencariku? Dan kenapa kau memukul prajurit kita sendiri. Aku seperti tidak mengenalimu.

Bagas                : Hehehehe, sahabat katamu? Baiklah, kita akan lihat bagaimana rasanya mati di tangan sahabatmu ini?Sebaiknya kau berdoa Alogo. Silahkan mati di tangan sahabatmu.

Alogo                : Bagas, aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi denganmu. Aku tidak tahu apa yang sedang kau bicarakan.

Surung              : Astaga, celaka kita semua. Celaka kita. Ini semua gara-gara arwah.

Putri Tapian      : Arwah?

Surung              : Iya arwah.

Putri Tapian      : Arwah yang mana?

Surung              : yang tadi

Putri Tapian      : yang tadi?

Surung              : iya yang tadi?

Putri Tapian      : yang tadi yang mana?

Surung              : yang bertengger.

Putri Tapian      : yang bertengger?

Surung              : Iya yang bertengger.

Putri Tapian      : Kenapa dengan arwah yang bertengger?

Surung              :  Itu arwah yang tadi aku usir.

Putri Tapian      : Iya kenapa dengan arwah yang kakek usir?

Surung              : Iya, aku mengusirnya, tetapi dia tidak terusir. Harusnya dia terusir. Tapi dia pergi, dia tidak hilang. Harusnya dia hilang. Aduh, aku tidak mampu mengusir arwah bertengger. Dia pergi dan merasuki pemuda ini. Oh celaka, celaka. Bagaimana ini. Lihat di atas pohon berkumpul banyak arwah dan semuanya bertengger. Entah darimana datangnya mereka. Mereka semua terlihat sangat marah. Tadi kan sudah aku bilang jangan berisik. Kita harus segera menyelamatkan diri. Bagaimana ini, aku harus segera merapalkan mantra itu lagi. (seraya berdesekap dan membentuk tapa di dada)

Alogo                : Putri Tapian aku tidak ingin mendengar ocehan orang gila itu suruh dia pergi saat ini juga. Pengawal usir orang gila ini.

Surung              : (teriak) Wahai arwah keparat pergilah kau (hening)

                             Wahai Arwah keparat pergilah kau. Wah, dia tidak mau mendengarkanku. Sepertinya aku harus bertapa. Kalian jangan berisik ya (menuju pohon besar dan mengambil sikap tapa).

Alogo                : Dasar orang gila.

Bagas                : Mati kau Alogooooo….

 

 

BAGAS MENYERANG DAN MENEBAS ALOGO BEBERAPA KALI, NAMUN SEMUA SERANGAN BAGAS TIDAK MEMBERIKAN PENGARUH APA-APA TERHADAP ALOGO. SEBALIKNYA ALOGO HANYA TERDIAM  DENGAN EKSPRESI WAJAH SEDIH DAN KEBINGUNGAN LANTAS MERANGKUL BAGAS YANG TERLIHAT KELELAHAN.

Alogo                : Bagas, sahabatku. Entah apa yang sedang merasukimu. Kau tentu tahu seranganmu tidak akan menimbulkan luka apa-apa pada tubuhku. Namun sikap dan perbuatanmu yang tiba-tiba berubah dan melawanku membuat hatiku terluka. Entah apa yang sedang kau alami. Kumohon Bagas, sadarlah. Ini aku Alogo sahabatmu. Aku tidak mungkin melawanmu.

Bagas                : Heh heh heh. Baiklah ternyata memang benar. Tidak ada senjata tajam yang mampu melukai tubuhmu, tapi bagaimana dengan ini.

(Bagas mengeluarkan besi bulat berukuran segenggaman orang dewasa, lalu menghantamkan besi tersebut ke arah jantung Alogo. Untuk pertama kalinya Alogo terlempar dan mengaduh kesakitan sambil memegangi dadanya).

Bagas                : Hahahahah, bagaimana rasanya Alogo. Katanya kau adalah manusia yang hebat dan sakti. Sekarang kita lihat dengan besi yang berada pada jantungmu apakah engkau akan bisa bertahan, atau berapa lama kau bisa hidup? Hahahahahaha. (lunglai dan terjatuh)

Putri Tapian      :  Alogo? Alogo, Bagas. Tolong, siapa saja tolong selamatkan mereka berdua. (merebahkan kepala Alogo ke pangkuannya) Alogo apa yang terjadi? Bangunlah.

Alogo                : Putri, aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi rasanya ada benda yang mengganjal di dadaku, dan rasanya sangat sakit. Aku bahkan tidak kuat untuk berdiri.

Putri Tapian      : Tolong siapa saja. Tolong selamatkan dia.

(Tidak ada yang membantu, hanya beberapa prajurit yang berusaha bangun untuk membantu, namun untuk bangun saja para prajurit sudah tidak mampu)

Surung              : Ssstt

Putri Tapian      : Tolong, siapa saja tolong… tolong…

Surung              : Stttt, Sttttt jangan berisik.

Putri Tapian      : Tolong, tolong…..(sambil terisak)

Surung              : Sssssssssssssssssstttttttt…Sudah kukatakan jangan berisik. Nanti mereka semakin marah. Kalau mereka semakin marah. Maka keadaan akan semakin gawat. Kau diam, biar aku lebih fokus bertapa. Ini bukanlah perkara yang mudah.

Putri Tapian      : Tolong..tolong…

Surung              : Stttt. Jangan berisik. Diam dulu sebentar. Biar mereka tidak marah lagi. Oiya, kamu kenapa minta pertolongan?

Putri Tapian      : Iya. Iya aku akan diam. Kakek, Cuma ada kau disini. Tolong bantu aku.

Surung              : Bantu apalagi? Mengusir arwah? Sudah kukatakan arwahnya terlalu hebat. Aku tidak mampu mengusirnya, selain hebat mereka juga bertengger dan mereka juga jahat. Hiiiiii

Putri Tapian      : Bukan. Aku ingin kakek membantuku membopong dia ke istana. Di istana pasti ada yang bisa membantu. Disana banyak tabib, aku tidak mampu membawanya ke istana. Tolonglah kakek, aku takut terjadi hal yang buruk dengannya.

Surung              : Wah ini bukan urusan tabib. Tabib tidak bisa menyembuhkan penyakit seperti ini. Ada cara khusus yang harus dilakukan. Seperti kata pepatah kuno “seperti penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh tabib”.

Alogo                : Putri, apakah kau sedemikian frustasinya hingga meminta pertolongan dari orang tua gila ini? Putri, kau tidak perlu khawatir, aku seharusnya sudah kembali ke kamp. Kalau aku tidak kembali pasti ada beberapa prajurit yang menyusulku. Bantuan akan segera tiba. Kau acuhkan saja orang tua gila ini.

Surung              : Oiya, benar itu mari kita tunggu pertolongan. Nanti pasti akan ada prajurit. Akh aku tidak suka dengan prajurit. Mereka suka berperang, mereka selalu membuat arwah-arwah marah. Bagaimana kalau aku bertapa sambil menunggu pertolongan? Seperti kata pepatah “bertapa untuk pertolongan”

Putri Tapian      : Alogo, kau jangan banyak bicara dulu. Nanti keadaanmu semakin parah. Kakek, bisakah kau carikan bantuan untuk kami? Tolong carikan orang-orang. Siapa saja yang bisa kau temui ajak mereka kemari.

Surung              : Apa? Aku mencari orang-orang? Ah, bukannya aku tidak mau. Tapi aku kan orang gila. Siapa juga yang mau aku panggilkan datang ke tempat ini?

Putri  Tapian     : Katakan saja kalau ini perintah dari Jenderal Alogo. Mereka pasti akan memercayaimu.

Surung              : Bukannya, aku tidak tidak mau putri, tapi coba kau bayangkan jika tiba-tiba ada orang gila yang mengajakmu ke suatu tempat dengan alasan bahwa disana ada orang yang membutuhkan bantuan? Tentunya hanya orang gila juga yang akan mengiyakan panggilanku karena sesama orang gila kami merasa adanya persamaan nasib. Orang yang merasa waras tentu tidak akan memahami dan mengerti. Atau, apa kamu mau aku panggilkan orang gila lain yang ada dikerajaan ini? Kalau itu aku tentu mampu.

Putri Tapian      : Kakek, aku mohon, tolonglah (terisak). Kalau tidak ada orang yang memercayaimu katakan saja ini perintah Jenderal Alogo. Mereka pasti akan memercayaimu. Tolonglah kakek.

Surung              :  Waduuuhhh, kamu jangan menangis. Seorang putri tidak boleh menangis. Kan ada pepatah mengatakan “Seperti putri yang menangisi airmata”. Ah, kau masih saja menangis. Sudahlah, sudahlah. Ah, baiklah kalau begitu. Aku akan mencarikan bantuan, tapi jangan salahkan aku jika nanti Jenderal Alogo dikenal sebagai jenderal yang dekat dengan orang gila. Hehehehhe. Sepertinya aku satu-satunya orang gila di kerajaan ini yang menjadi sahabat jenderal.

Putri Tapian      : Lekaslah kakek. Aku takut kita tidak ada waktu lagi.

Surung              : Baiklah, (bersujud) hamba sebagai orang gila sahabat jenderal akan segera menjalankan tugas. (keluar panggung sambil bernyanyi kegirangan)

Putri Tapian      : Alogo, sabarlah. Sebentar lagi bantuan akan tiba. Bagaimana keadaanmu saat ini? Kau menakutiku.

Alogo                : Entahlah. Sepertinya besi yang tadi digenggam oleh Bagas masuk ke dalam jantungku. Aku juga tidak tahu bagaimana caranya. Tapi aku dapat merasakan besi itu berada di jantungku dan setiap kali aku bergerak, maka besinya pun ikut bergerak dan rasanya sangat sakit. Putri, tolong kau lihat keadaan Bagas? Tadi aku melihat dia tiba-tiba terjatuh. Apakah dia baik-baik saja?

Putri Tapian      : Entah kejadian apa yang sedang kita alami hari ini. Aku tidak yakin dengan keadaan Bagas. Tapi sepertinya dia terdiam saja. Aku tidak tahu dia masih hidup apa tidak.

Alogo                : Tolong kau lihat  keadaannya. Sekedar memastikan apakah dia masih hidup apa tidak.

Putri Tapian      : Baiklah, kalau itu maumu. (menggeser kepala Alogo perlahan, berjalan menghampiri dan mendekatkan jari ke hidung Bagas) Alogo, dia masih bernafas, tapi dia tidak sadarkan diri. Sepertinya dia pingsan.

 

DARI LUAR MASUK BEBERAPA PRAJURIT, SEORANG TABIB BESERTA SURUNG. TAMPAK PRAJURIT-PRAJURIT ITU DALAM KEADAAN MARAH-MARAH.

 

Prajurit 1           : Awas kau orang gila, kalau kau berani berkata bohong maka aku akan memenggalmu, kau tidak tahu kalau….. Putri? Jenderal? Bagas? Astaga. Orang tua ini berkata benar. Apa yang terjadi? Hei, cepat bantu angkat Jenderal dan yang lain. Putri? Siapa yang berani melakukan hal ini? Bagaimana mungkin Jenderal dan Bagas bisa tumbang begini?

Putri Tapian      : Aku tidak mengerti, tolong segera kau urusi mereka. Tabib. Tolong periksa Jenderal dan Bagas (tabib langsung bergegas mengeluarkan peralatan dan memeriksa keadaan Alogo terlebih dahulu)

Alogo                : Jangan, jangan sentuh tubuhku. Nanti besinya bergerak lagi. Aku lebih baik berbaring saja. Ahh, jangan sentuh aku bodoh.

Tabib                : Maaf Jenderal. Maafkan hamba jenderal. Besi? Hei kau, tolong bawakan Bagas kesini. (lalu memeriksa keadaan Bagas) Bagas tidak kenapa-kenapa. Hanya kehilangan stamina. Dia hanya butuh istirahat. Tapi kalau masalah Jenderal aku tidak mengerti. Dari luar dia terlihat baik-baik saja. Maaf jenderal besi apa yang anda maksud?

Putri Tapian      : Tabib, tadi Bagas memasukkan sepotong besi ke dadanya. Itulah yang membuat dia kesakitan.

Tabib                : Besi? Dimasukkan ke dada? Bagaimana mungkin? Aku tidak pernah tahu ada kejadian seperti ini. Lagipula bukankah Jenderal Bagas dan Alogo sudah seperti saudara? Bagaimana mungkin mereka berseteru sampai sedemikian parahnya?

Putri Tapian      : Aku sendiri tidak mengerti apa yang terjadi tapi memang begitulah kenyataanya. Tabib segeralah kau tolong dia. Lakukan apa saja. Dia sudah kesakitan sejak tadi.

Tabib                : Iya aku sedang berusaha. Tapi aku tidak mengerti bagaimana cara membuat dia lebih baikan. Aku tidak ada ide. Selama aku menjadi tabib, aku tidak pernah menemukan penyakit yang seperti ini.

Surung              : Hehehhe, Kalau besi masuk ke dada, maka..

Prajurit              : Diam kau orang tua gila, kau tidak ada urusan disini.

Surung              : Yasudah, tadinya kan aku mau membantu (seraya berbalik hendak pergi)

Putri Tapian      : Kakek tunggu, kau yakin bisa membantunya?

Surung              : oh, tentu bisa, apa kau lupa peribahasa yang berkata “Bahkan semutpun bisa membantu”

Putri Tapian      : Kakek, tolong kau bantu kami, aku mohon.

Tabib                : Putri, bukannya hamba lancang, tetapi memangnya apa yang bisa dilakukan kakek gila ini jika hamba yang dipercaya sebagai tabib kerajaan  tidak mampu melakukan apa-apa. Saran hamba, sekarang juga kita bawa jenderal ke istana.

Putri Tapian      : Kalian diam saja. Kakek, tolong bantu kami, kalau memang kamu bisa membantu.

Surung              : Hehehehhehe. Putri yang cantik tidak boleh menangis. Baiklah kita mulai. Makanya jangan melihat siapa yang membantu tapi lihat apa yang bisa dibantunya. Heeem, heeem, heem

                             Dadanya kemasukan besi ya? Owh iya aku ingat. Apa kalian lupa? Ada pepatah tua yang mengatakan “seperti dada yang kemasukan besi”? Kalian tidak tahu? Masa iya kalian tidak pernah mendengar pepatah itu?

Tabib                : Memangnya ada pepatah seperti itu? Seumur hidup, aku tidak pernah mendengar pepatah seaneh itu.

Surung              : Kau kan tabib? Tau apa kau tentang pepatah? “Seperti dada yang kemasukan besi”. Jika dada seseorang kemasukan besi, maka berikanlah pacar besi untuk besi yang ada di dadanya biar dia tenang. Ah, pepatah saja kau tidak tahu.

Tabib                : Apa lagi maksudnya itu? Putri, sepertinya kita harus membawa Jenderal dan Bagas ke istana dan kita akan kumpulkan seluruh tabib yang ada di negeri ini. Hamba takut keadaan jenderal menjadi semakin buruk.

Surung              : Besi di dalam dada akan diam dan tenang jika dia diberikan pacar. Beberapa besi memang suka memasuki jantung manusia supaya mereka dapat menemukan pacar mereka. Semua besi tahu, jika mereka memasuki jantung manusia maka manusia akan memberikan dia pacar besi. Ah, itu adalah hal yang sangat lumrah. Sebagai manusia, sudah kewajiban kita untuk mematuhi hukum alam yang berlaku, dan aku selaku manusia selalu membawa pacar besi. Aku tahu, suatu saat pasti ada besi yang membutuhkannya. Hehehehee. Minggir-mingir. Aku harus mengadakan ritual perjodohan besi dan pacar besi. Semoga mereka adalah pasangan yang layak. (melakukan gerakan-gerakan seperi mengadakan ritual tertentu)

Tabib                : Bukankah itu magnet? Kenapa kau menyebutnya pacar besi?

Surung              : Ah, kau selalu komplain. Dari tadi kerjamu hanya komplain dan komplain serta berkata ayo kita bawa dia ke istana hahahha. Pepatah saja kau tidak tahu.

Tabib                : Dasar orang gila kurang ajar. Kau berani menghinaku sebagai..

Putri Tapian      : Sudahlah, biarkan saja dia. Siapa tahu dia bisa membantu.

                             (Surung kembali melanjutkan ritual-ritual anehnya. Lalu menempelkan pacar besi (magnet) ke jantung alogo, sesaat kemudian Alogo tiba-tiba terbangun.)

Alogo                : Hah, apa ini. Dia berhenti bergerak. Besinya berhenti bergerak aku merasa baikan.

Surung              : Hahahahhaha, benar kan? Pacar besinya cocok. Mereka saling suka. Itu makanya dia diam saja. Hahahaha, hei kau jangan bergerak sembarangan, nanti pacar besinya jatuh. Kalau dia jatuh pasangannya akan marah.

Putri Tapian      : Alogo, kau sudah merasa baikan? Syukurlah. Semua berkat kakek ini.

Alogo                : Entah apa yang kau katakan dan entah apa yang kau lakukan tapi aku Jenderal Alogo mengucapkan terimakasih yang setulusnya untukmu. Oiya maafkan sikap kasarku tadi.

Putri                  : Saya juga mengucapkan terimakasih kek. Oiya, apa kakek bisa menyembuhkan dia secara utuh. Karena sepertinya besinya masih ada di jantungnya. Lalu bagaimana dengan Bagas? Apakah dia benar baik-baik saja? Apakah dia tidak akan mengamuk lagi?

Surung              : Wah, gadis cantik. Aku bukan penyembuh. Kan tadi aku katakan kalau aku adalah pembawa pesan. Lagipula siapa sih yang tidak tahu kalau jantung kita kemasukan besi, maka kita perlu memberikannya pacar besi. Itukan hal yang umum. Sebenarnya aku tidak begitu membantu. Dan kalau keadaan pemuda yang itu. Dia hanya didampingi arwah, sepertinya arwahnya sudah menjauh. Berarti dia akan sembuh dengan sendirinya.

                             Astaga. Astaga. Kemana mereka. Astaga

Alogo                : Ada apa kakek?

Surung              : Mereka sudah tidak ada. Kemana mereka? Aduh bahaya. Bahaya. Mereka menghilang. mereka hilang dalam marah. Astaga, astaga

Alogo                : Siapa kek? Siapa yang menghilang?

Surung              : Arwah. Mereka menghilang

Putri Tapian      : Arwah? Bukankah bagus jika mereka menghilang

Surung              : Iya, maksudku tidak. Mereka menghilang. mereka sudah pergi. Arwah yang bertengger pergi dalam keadaan marah. Mereka menuju kesana. Aduh, Semoga tidak terjadi hal-hal buruk. (teriak) ARWAH-ARWAH JANGAN GANGGU MANUSIA.

 

 

 

MUNCUL PRAJURIT TERENGAH-ENGAH.

 

Prajurit              : Yang mulia Jenderal. Maafkan kelancangan hamba. Hamba tidak bermaksud lancang, tapi situasi di istana sangat gawat.

Alogo                : Apa yang kau maksud prajurit? Bicaralah dengan jelas, aku tidak mengerti maksudmu.

Prajurit              : Maaf Jenderal, hamba tidak tahu sebabnya, tapi tiba-tiba seluruh istana menjadi gila seperti kerasukan sesuatu. Prajurit-prajurit, mentri, penasehat  bahkan yang mulia Raja Balga dan permaisuri pun ikut kerasukan. Anehnya lagi prajurit-prajurit dari kerajaan koloni yang kebetulan bertugas tidak kesurupan sama sekali. Hanya prajurit kerajaan Hariara saja yang terkena musibah. Prajurit-prajurit koloni memanfaatkan situasi ini, mereka membunuh prajurit-prajurit kerajaan Hariara dan memenjarakan petingi-petinggi kerajaan. Mereka melakukan kudeta.

Alogo                : Apa? Bagaimana bisa prajurit beserta petinggi istana kesurupan? Apa yang sedang terjadi? Prajurit koloni mengkudeta raja? Kurang ajar. Kita harus menghajar anjing-anjing koloni. Mereka harus dipancung semuanya aku Jenderal Alogo berjanji Aghhh, Aghhh (terjatuh) jantungku masih sakit. Arrrggggg…. Aku harus membunuh mereka.

Putri Tapian      : Alogo, jangan dipaksakan. Kau belum sembuh. Setidaknya tunggulah sampai keadaanmu lebih baik. Tabib tolong rawat jenderal.

Tabib                : Baik putri.

Alogo                : Tidak, aku harus pergi. Kita semua harus pergi. Aku harus memancung kepala anjing-anjing koloni itu. Dasar tidak tahu diuntung. Harusnya aku membunuh mereka semua tanpa sisa. Tabib. Lebih baik kau rawat Bagas. Nanti jika dia sudah bangun katakan padanya untuk menyusulku ke kerajaan. (kepada prajurit) ayo kalian ikut bersamaku. Putri, sebaiknya kau tinggal di sini. Saat ini istana kurang aman bagimu.

Putri Tapian      : Tidak Alogo, jika kau bersikeras untuk pergi aku akan ikut denganmu.

Alogo                : Baiklah, terserah kau saja. Ayo kita pergi

Surung              : Aku disini saja bertapa. Kalian jangan berisik ya.

DENGAN KEPAYAHAN SEMBARI MEMEGANG MAGNET AGAR TETAP MENEMPEL DI DADANYA, ALOGO BERJALAN BERSAMA PUTRI DAN PRAJURIT-PRAJURIT YANG LAIN MENUJU ISTANA. ALOGO BESERTA PUTRI DAN BEBERAPA PRAJURIT SAMPAI DI ISTANA. SUASANA SANGAT GADUH. TERLIHAT BEBERAPA ANAK KECIL BERLARI KETAKUTAN SEOLAH MENGHINDAR DARI SESUATU YANG MENYERAMKAN.

 

Anak kecil        : Aaaaaaa, tolong…tolong ada binatang buas…aaaaaaaaa tolong. Kaka, tolong ada binatang buas. Tolong mereka memakan warga. Huaaaaaaaaaa (seraya memeluk Putri Tapian)

Alogo                : Itu pasti dari kerajaan Harangan. Mereka terkenal dengan pengendalian terhadap binatang buas. Bahkan dalam keadaan seperti ini, mereka tidak cukup berani untuk mengirimkan prajurit-prajurit mereka. Dasar pengecut. Mereka bahkan tidak pandang bulu dan menyerang anak kecil. Walau kepala kalian dipancung sepuluh kali sepertinya tidak akan cukup. Terkutuklah kalian.

                             Prajurit !!!

Prajurit              : Siap Jenderal.

Alogo                : Amankan anak-anak kecil ini. Lindungi mereka bahkan jiwa nyawa kalian taruhannya.

Prajurit              : Jenderal, hamba punya ide, bagaimana jika mereka kita masukkan ke kerangkeng besi. Menurut hamba mereka akan lebih aman jika berada dalam kerangkeng besi. Paling tidak, binatang buas tidak akan bisa melukai mereka, selain itu kita bisa lebih fokus mengusir musuh.

Alogo                : Baiklah, kalian bawakan kerangkeng untuk mereka. Cepat.

Prajurit              : Baik Jenderal.

Putri Tapian      : Adik-adik kecil, jangan takut. Di sini ada Jenderal Alogo. Dia akan melindungi kalian semua. Kalian tenang saja ya.

Anak kecil        : Kaka, bagaimana mungkin dia akan melindungi kami. Coba kau lihat dia, untuk berdiri saja sepertinya dia sudah sangat kewalahan. Kami takut kaka.

Alogo                : Putri, kau tidak usah menenangkan mereka. Tapi tenang saja, aku pasti akan melindungi mereka, bahkan jika nyawaku adalah taruhannya.

MUNCUL PRAJURIT DARI SISI PANGGUNG, SAMBIL MEMBAWAKAN KERANGKENG BESI DALAM UKURAN BESAR.

 

Prajurit              : Jenderal, kami sudah membawakan kerangkeng besi. Ayo anak-anak segera masuk. Kalian akan lebih aman jika berada di dalam kerangkeng besi ini.

 

BELUM SELESAI PRAJURIT BERBICARA PADA ANAK KECIL, TIBA-TIBA DARI LUAR PANGGUNG MUNCUL BEBERAPA HARIMAU BESAR DAN LANGSUNG MENERKAM PRAJURIT-PRAJURIT HINGGA MATI, SEMENTARA ANAK-ANAK KECIL MENANGIS KETAKUTAN

 

Alogo                : Putri, cepat suruh mereka masuk. Hei, kalian ayo segera masuk. Sudah tidak ada waktu lagi.

 

PUTRI TAPIAN DIBANTU ALOGO YANG SEDANG KEPAYAHAN MEMASUKKAN ANAK-ANAK KE DALAM KERANGKENG. DENGAN SEMAMPUNYA, ALOGO BERUSAHA MELINDUNGI BEBERAPA ANAK DARI TERKAMAN HARIMAU. AKIBATNYA BEBERAPA KALI DIA TERKENA CAKARAN HARIMAU. ANEHNYA CAKARAN HARIMAU MAMPU MELUKAI ALOGO HINGGA KONDISINYA MAKIN TERLUKA PARAH. DENGAN KONDISI TERLUKA PARAH OLEH CAKARAN HARIMAU DAN DADA YANG BELUM SEMBUH, ALOGO BERSAMA PUTRI TAPIAN DAN ANAK-ANAK BERHASIL MASUK  KE DALAM KERANGKENG. NAMUN SALAH SEORANG ANAK KECIL BERHASIL DIMANGSA OLEH SEKAWANAN HARIMAU.

Putri Tapian      : Ahhhhh. Tidaaaaakkk. Alogo, mereka mengambil gadis kecil itu. Tolong selamatkan dia. Tolong siapa saja selamatkan dia. 

Alogo                : Cukup Putri, cukup. Biarkan saja.

Putri Tapian      : Alogo, anak itu, dia mengambil anak itu. Selamatkan dia Alogo

ALogo              : Cukup putri, Putri Tapian, kita tidak bisa menyelamatkan dia. Apa tidak kau lihat keadaanku bahkan untuk menyelamatkan diriku sendiripun  aku tidak mampu. Biarkan saja. Kamu mau aku membuka kerangkeng untuk menyelamatkan anak itu dan membiarkan anak-anak yang berada dalam kerangkeng menjadi makanan para hewan buas?

Putri Tapian      : Alogo.. anak itu dimakan (menangis)

Alogo                : Kerajaan Harangan, lihat saja. Kalau aku berhasil melewati masa ini. Aku akan membunuh kalian semua. Tanpa terkecuali. Harusnya Raja Babiat tidak aku biarkan hidup. Awas kau Raja Babiat. Aku akan membunuhmu.

Tiba-tiba dari luar panggung masuk beberapa prajurit kerajaan koloni

Di saat yang bersamaan, Bagas muncul dengan membawa sebilah pedang panjang dengan baju yang terlihat robek di sana sini.

Bagas                : Alogo, dimana kau? Masih hidupkah kau? Hahaha,

Putri Tapian      : Alogo, Bagas datang. Sepertinya dia kesurupan lagi. Alogo sebaiknya kamu sembunyi saja. Kamu sedang sakit begini.

Bagas                : Alogo, dimana kau? Ini aku sahabatmu, hahahahaha

Putri Tapian      : Anak-anak, lindungi jenderal biar tidak kelihatan oleh Bagas. Bagas, jenderal Alogo tidak ada disini. Dia sudah mati sejak kau memasukkan besi ke dadanya, pergilah, yang kau cari tidak ada di sini.

Bagas                : Alooooogooo, hehehe, kamu dimana? Tidak ada gunanya kau bersembunyi, karena aku dapat mencium darahmu. Darah pemuda pasar yang bersembunyi di balik ketiak seorang wanita. Hahahaha. Apa kau tidak malu? Jenderal Alogo, sang penakluk singa? Cuiiihh. Penakluk singa? Hahahaha. Jangan buat aku tertawa.

Alogo                : Putri, hentikan, aku harus menghadapinya. Aku harus menjaga kehormatanku sebagai seorang Jenderal Utama Kerajaan Hariara

Putri Tapian      : Kehormatan? Buat apa kehormatan jika kau mati? Kau tidak boleh keluar dari kerangkeng ini. Tidak kau tidak boleh keluar. Aku yakin masih ada prajurit di luar sana yang bisa membantu. Bantuan pasti akan datang dan selalu datang. Kau diam saja di sini. Toh sepertinya Bagas tidak memiliki niat untuk menerobos masuk.

Alogo                : Putri, sudahlah. Bantu aku berdiri. Tolong

Putri  Tapian     : Tidak, kau tidak boleh pergi. Aku tidak mau kehilanganmu. Bagas sedang tidak menjadi dirinya. Kau bisa dibunuh olehnya. Kau harus tetap diam disini.

Alogo                : Putri Tapian (sedikit membentak) setiap manusia pasti akan mati juga, tinggal kita memilih apakah kita akan mati sebagai kesatria atau mati sebagai pengecut. Apa kamu mau jika nantinya masyarakat tahu bahwa Jenderal Alogo yang hebat Sang Penakluk Singa berlindung pada ketiak Putri Tapian hanya karena takut mati? Apa kamu mau aku menjadi cemooh para raja-raja dan menjadi simbol kepengecutan?

Putri Tapian      : Tapi…

Alogo                : Sudahlah, kematian sudah diatur oleh Ompu Mulajadi Na Bolon. Jika hari ini aku ditakdirkan mati, maka bagaimanapun caramu melindungiku, maka aku akan mati juga. Namun jika  aku belum ditakdirkan mati, apapun yang arwah-arwah lakukan aku tidak akan mati.          

Putri                  : Alogo….

                             Pastikan kau tidak mati hari ini, karena jika kau mati, aku juga akan menyusul.

Alogo                : Sekarang bantu aku berdiri. Aku akan menghadapi entah takdir apa yang akan kuhadapi.

Alogo berdiri dibantu Putri Tapian lalu keluar dari kerangkeng menuju Bagas sementara itu para harimau yang sedari tadi mencakar-cakar kerangkeng pergi menjauhi kerangkeng dan membentuk lingkaran layaknya sebuah arena mengelilingi Bagas dan Alogo

 

Bagas                : Sudah siapkah kau untuk mati Alogo? Apakah aku perlu merangkai bunga dan mempersiapkan doa mengantar kematianmu? Hehehe

Alogo                :  Kau hanya menginginkan kematianku bukan? Berjanjilah jika kau sudah mendapatkannya maka kau akan melepaskan Bagas dan Putri Tapian. Mereka tidak ada hubungannya dengan ini semua. Aku bahkan tidak mengerti ada masalah apa diantara kau dan aku. Tapi jika yang kau inginkan hanyalah kematianku, rasanya tidak perlulah engkau menyakiti orang lain selain aku. Aku bisa bunuh diri saat ini juga jika itu memang membuat kau merasa baikan.

Bagas                : Hey, apa yang kau katakan? Ini aku Bagas sahabatmu. Mengapa kau berkata seperti itu? Hehehehe.  aku memang menginginkan kematianmu. Namun apalah artinya jika kau mati begitu saja? Apalagi dengan cara bunuh diri. Ooohhh aku tidak bisa mengabulkannya. Tapi bagaimana jika terlebih dahulu kau kehilangan kekasihmu, pengikut-pengikutmu bahkan anak-anak ini. Nah, setelah itu kalau kau memang ingin bunuh diri. Silahkan saja aku akan menyaksikan sendiri. Hahahahaha

                             Bukankah itu kematian yang paling menyenangkan?

Alogo                : Arwah keparat. Apa yang kau inginkan? Kenapa kau begitu membenci dan ingin membuatku menderita? Ada hubungana apa kau denganku? Aku bahkan tidak pernah berurusan dengan arwah-arwah.

Bagas                : Bah, apa katamu? Kau tidak ada hubungan denganku? Tentu saja aku ingin membuatmu menderita. Setidaknya kau bisa merasakan bagaimana rasanya kehilangan orang-orang yang kau sayangi. Kau bahkan tidak pernah merasakan terluka karena pedang kan? Jenderal Alogo yang agung sang penakluk singa. Cuih. Apa kau bisa menghitung berapa banyak orang yang kehilangan orang yang mereka sayangi hanya karena ambisimu untuk menguasai seluruh kerajaan?

                             Mati sepuluh kalipun rasanya tidak cukup untukmu.(mengambil terompet perang dan membunyikannya)

Dari luar panggung, Surung datang sambil membawa bungkusan.

Surung              : (Membentuk sikap tapa di depan Bagas) Wahai arwah keparat, pergilah kau. Pergilah kau, pergilah kau, pergilah kauuuuu..

                             Hah hah hah. Dia memang terlalu kuat di bahkan tidak merespon mantra saktiku.

Bagas                : Hehehehehehe. Apa yang kau lakukan? Kenapa kau begitu ingin mengusirku? Ada hubungan apa kau dengan Alogo?

Surung              : Hah? Kau mengajakku mengobrol? Waduh, kau benar-benar arwah yang sakti. Kau lebih dari sekedar arwah yang bertengger. Kau bisa berbicara.

Bagas                : Ya, dan aku menanyakan kenapa kau mendukung jenderal laknat ini?

Surung              : Sebenarnya tidak mendukung juga. Tapi aku kasihan dengannya. Lagipula putri yang cantik itu baik, kalau Tuan Jenderal ini terluka maka putri yang cantik akan sedih. Kalau Tuan Jenderal mati tapi Putri yang cantik tidak sedih ya tidak apa-apa.

Putri Tapian      : Kakek, kakek. Kau mengobrol dengan dia. Dia mendengarkanmu. Tolong katakan padanya agar tidak menyakiti Bagas. Tolong tanyakan apa yang dia inginkan.

Dari panggung muncul beberapa prajurit Kerajaan Hariara.

Prajurit  1          : Itu Jenderal Alogo. Selamatkan dia. Bunuh harimau-harimau ini. Seraaang.

Prajurit 2           : Hidup Kerajaan Hariara (seraya berlari ke arah harimau-harimau dengan pedang terhunus)

Harimau-harimau yang sedari tadi membentuk lingkaran mengelilingi Bagas dan Alogo secara bersamaan mengaum dan menyerang prajurit-prajurit Kerajaan Hariara. Para prajurit yang menyerang tidak mampu menghadapi amukan para harimau. Beberapa diantaranya tewas sementara yang lainnya roboh tak mampu untuk bangkit.

Bagas                : Selalu perang, selalu perang perang dan perang. Entah apa yang ada di pikiran kalian wahai prajurit-prajurit Kerajaan Hariara. Semua ini tidak lepas dari tanggung jawabmu Alogo. Kaulah yang mengakibatkan banyaknya pertumpahan darah yang tidak perlu. Hanya demi sebuah gelar yang agung dan respek dari kerajaan lain kau membunuh dan menghanguskan begitu banyak kerajaan-kerajaan. Tersiksalah kau selamanya (Seraya mengangkat tangan ke udara dan meneriakkan mantra-mantra. Saat itupula Alogo merasakan besi di dalam dadanya meronta-ronta hendak keluar yang mengakibatkan sakit yang luar biasa

Alogo                : Aaaaaaa, Hentikan, hentikan. Tolong hentikan aku tidak kuasa menanggung rasa sakitnya. Hentikan, hentikan. Aaaa

Putri Tapian      : Bagas, arwah, entah siapapun engkau tolong hentikan.

Surung              :  Eh eh eh . lagi-lagi putri yang cantik menangis. Waduh bagaimana ini?

                             Wahai arwah keparat pergilah kau? Wahai arwah keparat pergilah kau. Hei kau, kau ini jenis arwah yang seperti apa? Aku tidak tahu mantra apa yang cocok untuk mengusirmu. Apakah kau tahu mantra yang cocok untukmu. Ayo ajari aku.

Bagas                : Tidak ada mantra yang mampu mengusirku dari tempat ini.

                             Aku datang dari tangisan para ibu dan bayi yang kehilangan suami dan ayah

                             Aku datang dari tangisan para tanaman yang tidak jadi dituai. 

                             Aku datang dari nafas para tanah yang gelisah dengan mayat-mayat yang tak terkubur,

                             Aku datang dari senja yang memerah karena api dan darah.

                             Lantas darimana datangnya mantra yang hendak kau gunakan untuk mengusirku?

Surung              : Heh heh heh heh , ah, kenapa jadi begitu serius? Aku kan hanya becanda. Aku tahu ko kalau kau itu arwah yang sakti. “WAHAI ARWAH KEPARAT PERGILAH KAU!!!. (hening) Ah ternyata mantra ini memang tidak berguna

                             Baiklah, kalau memang kau tidak mau dan tidak bisa diusir. Biasanya arwah-arwah mengunjungi manusia untuk tujuan tertentu. Nah kau sebagai arwah. Kira-kira apa yang engkau inginkan?

Bagas                : Sebenarnya aku tidak menginginkan banyak hal. Aku hanya menginginkan Alogo menghentikan kebiasaannya membunuh dan menghancurkan. Semakin sering dia membunuh dan menghanguskan akan semakin menangis tanah ini dan semakin terkutuk udara yang melintas. Aku juga tidak ada niat untuk membunuh Alogo. Karena memang kami para arwah tidak memiliki kuasa untuk membunuh mahluk yang masih hidup bahkan semut sekalipun

Surung              : eh eh eh, kau dengar itu putri yang cantik? Dia tidak ingin membunuh Tuan Jenderal. Dia hanya ingin Tuan jenderal berubah dan menjadi orang yang baik.

                             Hahahaha

Putri Tapian      :  Alogo, kau cukup berjanji untuk tidak mengadakan perang lagi. Dia kan menyembuhkanmu. Alogo katakan kalau kau menyesal. Katakan saja Alogo kumohon.

Surung              : Iya Tuan Jenderal. Hamba sebagai orang gila sahabat Jenderal juga menyarankan hal yang sama.

Alogo                : Baiklah, baiklah jika memang itu yang kau inginkan. (berdiri dengan susah payah) Aku, Alogo Jenderal utama kerajaan Hariara berjanji tidak akan berperang apalagi memusnahkan kerajaan-kerajaan lain. Aku akan membalas semua yang sudah kulakukan. Maafkan aku arwah-arwah.

Bagas                : Baiklah, aku melihat adanya kesungguhan dalam ucapanmu. Sepertinya tujuanku tercapai. Jangan biarkan tanah menangis lagi dan jangan biarkan udara disini berbau anyir darah yang tak hilang-hilang.

Surung              : WAHAI ARWAH KEPARAT PERGILAH KAU !!! (Bagas rebah dan terjatuh, semetara itu harimau-harimau yang sedari tadi mengelilingi pergi perlahan bersamaan dengan rebahnya Bagas) hahahaha, akhirnya mantraku berguna juga (berjoget-joget kegirangan)

Alogo                : Dia sudah pergi? Arwah itu sudah pergi? Bagaimana dengan Bagas? (menghampiri bagas dengan sudah payah)

Putri Tapian      :  Alogo, arwahnya sudah pergi, kenapa kau masih kesakitan? Apakah besi itu masih berada pada jantungmu?

Alogo                : Entahlah, aku juga tidak mengerti, tapi rasanya besi itu masih berada di dalam jantungku.

Surung              : eh eh eh, (seraya membuka bungkusan dan mengeluarkan kelapa hijau. Hei tuan jenderal, coba silahkan ini diminum biar besinya tenggelam dan mati.

Putri Tapian      : Kakek, kenapa kau tidak dari tadi memberikan obat kalau kau bisa mengobatinya?

Surung              : Ah, putri yang cantik, apalah gunanya jika dia aku berikan obat di saat arwah masih pada marah? Toh nanti dia akan memasukkan besi-besi yang lain? Yang penting itu arwahnya sudah tidak marah dan sudah tidak bertengger. Ayo, ayo tuan jenderal silahkan diminum.

Alogo                : (meminum air kelapa) heem. Rasanya mendingan. Tiba-tiba saja aku merasa baikan. Kakek, aku kembali mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya untukmu. Tenang saja kau akan kuberikan hadiah yang besar. Apa yang kau inginkan?

Surung              : eh eh eh, terimakasih tuan jenderal, yang hamba inginkan, biarkanlah hamba tetap menjadi orang gila sahabat jenderal.

Alogo                : hahahaha, baiklah kalau memang itu yang kau inginkan. Maka akan tetap seperti itu.

Surung              : terimakasih Jendral, hehehehe, aku mau pergi dulu. Ada yang mau aku kerjakan.

Alogo                : Silahkan.

Putri Tapian      :  Hati-hati kakek.Kapan-kapan aku ingin mengobrol denganmu? Daaaaahhhhhh

Surung              : hehehehhe, aku pergi putri cantik

Putri Tapian      : Alogo, kira-kira apa yang akan kau lakukan setelah ini?

Alogo                :  Pertama-tama kita akan membenahi kerajaan. Banyak yang harus dikerjakan. Setelah itu aku akan mengajukan permohonan maaf kepada negara-negara kolonial. Sepertinya mereka layak mendapatkan maaf secara pribadi dariku. Bahkan jika mereka hendak menghukumku maka aku akan menerimanya dengan senang hati.

Tiba-tiba muncul raja Balga dengan baju yang robek di sana-sini beserta seorang prajurit

Raja Balga        : Alooooogoooooo. Ternyata kau ada di sini. Kemana perginya para prajurit kerajaan koloni? Mereka telah berani memenjarakan dan memukuli aku. Kita harus membalas mereka. Kita harus menunjukkan contoh pada mereka yang berani melawan kita. Kita harus memancung semuanya. Bagaimana Alogo? Apakah kau siap utuk menghanguskan kerajaan-kerajaan koloni?

Alogo                : Salam yang mulia, maaf yang mulia. Tapi hamba baru mengalami kejadian yang sepertinya akan mengubah banyak kehidupan hamba. Kita tidak bisa membalaskan kejadian ini. Ini semua murni kesalahan kita sebagai kerajaan induk yang membantai kerajaan-kerajaan lain. Kita tidak bisa berperang lagi. Semua ini terjadi sebagai balasan atas apa yang sudah kita perbuat. Kita bahkan harus meminta maaf pada kerajaan koloni. Maafkan hamba yang mulia.

Raja Balga        : Apa? Alogo? Kau berani menolak perintah langsung dariku? Kau melawan kehendak rajamu? Apa yang terjadi denganmu? Dimanakah Jenderal Alogo yang agung sang penakluk singa? Kenapa kau jadi begitu lembek? Hah? Tidak boleh ada penolakan. Kau harus membantai seluruh kerajaan koloni. Akan kita bunuh semua pria di kerajaan mereka dan menjadikan seluruh wanita dan anak-anak menjadi budak sebagai pelajaran karena berani melawan kita. Segera setelah kerajaan kita benahi, maka kau akan pergi berperang kembali.

Alogo                : Tidak yang mulia, aku tidak bisa memenuhi permintaanmu. Sekarang aku akan memulihkan diri terlebih dahulu dan mengobati rekanku Bagas (seraya mengangkat Bagas dan mendudukkan di depan kerangkeng. Bagas perlahan-lahan bangun namun tidak mampu berdiri)     

 

 

 

Dari luar panggung muncul sekitar sepuluh prajurit kerajaan Harangan.

Prajurit 1           :  Itu dia. Itu dia Raja Balga dan Jenderal Alogo. Raja Balga, Jenderal Alogo, ternyata kalian disini. Kalian akan mati disini saat ini juga. Ayo semuanya terlebih dahulu serang Alogo dan bunuh dia. Seraaanggg

Alogo                : Tunggu, prajurit kerajaan Harangan, tunggu, tunggu sejenak. Jangan menyerang, Tahan.

Prajurit kerajaan Harangan langsung menyerang dan mengeroyok Alogo. Alogo hanya berusaha menahan serangan mereka tanpa berusaha untuk membunuh. Beberapa kali Alogo terkena tebasan namun tidak memberikan efek apa-apa baginya. Alogo sudah sembuh total.

Alogo                : Tahan, tidak ada gunanya kalian melawanku. Hentikan. Tahan aku hendak berbicara dengan kalian.

Prajurit 1           : Lebih baik aku berbicara dengan pedang dan tamengku. (kembali menyerang)

                             Tangkap Putri Tapian dan Raja Balga Alogo tidak bisa dikalahkan (beberapa prajurit langsung menyerang Putri Tapian. Alogo yang sedang melawan beberapa orang prajurit tidak sempat melindungi Putri Tapian, sementara itu Raja Balga yang masih terluka tidak bisa memberikan banyak perlawanan, dua orang prajurit sudan menangkap Raja Balga dan mengancamnya dengan pedang di leher. Dua orang prajurit yang lain berhasil menangkap Putri Tapian)

Alogo                : Tahan, dia tidak ada hubungannya dengan ini semua.

Prajurit 1           : Alogo, berlutut. Jika kau tidak mau kehilanga kedua orang ini.

Alogo                : baik, baik, aku menurut. Aku berlutut. Lepaskan mereka dengarkan dulu aku tidak, akan menyakiti kalian aku tidak akan melawan kalian.

Prajurit              : diam kataku (seraya menendang Alogo dada Alogo yang sedang berlutut)

Jenderal Alogo yang mendapat tendangan dengan begitu keras hingga terjungkal ke belakang tiba-tiba bangun dan marah seraya mencekik prajurit yang baru saja menendangnya lantas mematahkan leher prajurit 1 saat itu pula prajurit 1 tewas.

Alogo                : Ah, maaf aku tidak sengaja. Aku hanya refleks. Ah, maafkan aku. aku tidak sengaja aku tidak bermaksud.

Prajrit-prajurit  : Seraaaang. Bunuh keparat itu

 

Alogo                : Tahan, aku tidak berniat melukai kalian. Tahan. Aku bilang tahan. Baiklah kalau kalian memang tidak mau mendengarkanku. Sepertinya kalian harus kulumpuhkan terlebih dahulu

Terjadi perkelahian sengit untuk beberapa lama, namun terlihat jelas kalau Alogo bukanlah tandingan bagi prajurit-prajurit Kerajaan Harangan. Tidak butuh waktu begitu lama untuk merobohkan para prajurit yang menyerangnya. Kini yang tersisa hanya dua orang prajurit yang menawan Putri Tapian.

 

Alogo                : Lepaskan dia, maka kau akan kubiarkan hidup

Prajurit             : Tidak, aku mengenalmu. Kau pasti akan membunuh kami. Tidak ada orang yang melawan Alogo dan dibiarkan hidup. Mundur, mundur kau. Kalau tidak kami akan membunuh Putri Tapian. Mundur kau.

Putri Tapian      : Lepaskan aku. dia tidak akan membunuh kalian. Aku bisa menjamin akan hal itu. Lepaskan saja. Dan kita selesaikan masalah ini.

Prajurit             : Diam kau, tahu apa kau tentang perang. Dia itu Jenderal Alogo yang haus darah, kalau aku melepaskanmu maka sama saja dengan aku melepaskan nyawaku. Dia kau tidak akan kulepaskan. Alogo, mundur kau, kalau tidak aku akan benar-benar membunuhnya. Mundur kau, mundur kau bangsat. (Seraya mempererat pedang pada leher Putri Tapian)

Alogo                :  Jangan lukai dia, kumohon jangan lukai dia. Lepaskan dia.

Prajurit             : Mundur bodoh, berapa kali lagi kau kusuruh untuk mundur. Apa kau sudah tidak sayang dengan nyawanya?

Alogo                : Baik, aku mundur, aku mundur.

Prajurit             : Buang pedangmu.

Alogo                : baik, baik. lihat pedangku sudah aku buang. Aku tidak memiliki senjata.

Prajurit             : pisaumu, kau memiliki pisau di pinggangmu.

Alogo                : baik, baik, aku akan membuang pisauku juga, jangan lukai dia.

Prajurit             : siapa yang menyuruhmu membuang pisau itu? Jangan dibuang. Jika kau menginginkan Putri Tapian hidup, maka tusuklah jantungmu sendiri. Aku yakin kau mampu melakukannya.

Putri Tapian      : hey apa-apaan ini? Dia sudah menyerah. Kenapa kalian begitu pengecut untuk membunuhnya?

Prajurit             : Diam kau, kau tidak tahu siapa Jenderal Alogo. Entah sudah berapa banyak orang yang sudah dia bunuh. Dia juga membunuh ayahku. Aku harus membalaskan dendam ayahku. Mungkin dia lupa dan tidak ingat. Tapi kau telah membunuhnya. Ayahku Rikkot penjaga perbatasan kerajaan Harangan. Sekarang juga, pergunakan pisau itu. Tusuk jantungmu. Atau aku akan memenggal leher Putri Tapian.

Alogo                : Baiklah kalau memang itu yang kau inginkan. Mungkin lebih baik bagi kerajaan ini jika aku mati. Kau, pastikan kau ingat kata-kataku. Setelah aku mati, maka kau harus berjanji melepaskan Putri Tapian. Jika kau tidak melakukannya maka aku akan kembali hidup untuk mencincangmu. (mengambil kuda-kuda dan bersiap untuk menusuk jantung sendiri)

Putri Tapian      : Tahan, tidak jangan Alogo

Putri Tapian berusaha melepaskan diri. Prajurit yang sedari tadi menyandera Putri Tapian berusaha keras agar Putri Tapian tidak berhasil melepaskan diri. Namun Putri Tapian yang melihat Alogo hendak bunuh diri terus meronta tanpa memperdulikan prajurit. Akibatnya secara tidak sengaja pedang prajurit menusuk perut Putri Tapian.

 

Alogo                :  Bodoh, apa yang kau lakukan? (berlari menghampiri dan memeluk Putri Tapian)

Putri Tapian      : Alogo, tetaplah hidup. Maafkan aku,  aku menyayangimu

Alogo                : Putri, jangan mati, jangan mati putri Arrrrgggggggghhhhh. Ini semua gara-gara kau. (berdiri dan langsung membunuh kedua orang prajurit) Putri Tapian, jangan. Ayo buka matamu. Jangan pergi. Argggghhhhh…

Raja Balga        : Alogo, kau lihat kan apa yang mereka lakukan? Apa kubilang? Mereka semua harus dibunuh.

Alogo                : diam kau raja bodoh. Ini semua gara-gara kau. Kaulah yang memiliki keinginan untuk menguasai seluruh kerajaan.

Raja Balga        : Apa? Kau berani melawanku? Jenderal Alogo, ingat posisimu. Aku adalah rajamu.

Alogo                : Aku tidak hanya melawanku. Aku akan membunuhmu. (seraja menendang dada raja hingga terjatuh dan menusuk leher Raja Balga) Matilah kau raja bodoh. Matilah. Matilah kalian semua.

                             Bagas, cepatlah bangun. Ada banyak hal yang perlu kita kerjakaan. Mulai dari saat ini. Aku berjanji. Aku tidak akan berhenti sebelum membunuh seluruh raja dari kerajaan-kerajaan koloni. Dimulai dengan kerajaan Harangan.

                             Arwah-arwah, kalau kalian hendak  menghentikan aku, silahkan saja. Aku tidak takut dengan arwah. Aku akan membantai seluruh raja-raja kerajaan koloni. (Fade out)

*Selesai*

Alogo

  A L O G O Karya Sumihar Deny Tampubolon                   BABAK I   SEBUAH KERAJAAN, TERLIHAT RAJA YANG SEDAN...