KAJIAN TOKOH TABIB
Tokoh dan Penokohan
Peran tokoh
1. Protagonis : tokoh yang sering muncul
2. Antagonis : tokoh berperan jahat
3. Deutragonis : tokoh yang berpihak pada protagonist
4. Foil : tokoh yang berpihak pada antagonis
5. Tritagonis : tokoh pelerai konflik antara protagonist dengan antagonis
6. Utility : tokoh yang tidak berpihak pada siapun
7. Raisoneur : tokoh yang mewakili sang penulis tetapi kehadirannya tidak
diperlukan.
Peran tokoh
1. Protagonis : tokoh yang sering muncul
2. Antagonis : tokoh berperan jahat
3. Deutragonis : tokoh yang berpihak pada protagonist
4. Foil : tokoh yang berpihak pada antagonis
5. Tritagonis : tokoh pelerai konflik antara protagonist dengan antagonis
6. Utility : tokoh yang tidak berpihak pada siapun
7. Raisoneur : tokoh yang mewakili sang penulis tetapi kehadirannya tidak
diperlukan.
Karakter
v Bentuk:
1. Flat → datar
2. Round → melingkar (adanya perubahan)
3. Karikatur → karakter yang dilebih-lebihkan (untuk menyindir)
4. Teatrikal → fungsinya untuk mewakili tokoh yang menyedihkan
Analisis
Tokoh dan Penokohan Naskah Drama “Alogo”:
1. TABIB
Peran tokoh yang dimainkan Tabib termasuk ke dalam tokoh Deutragonis, mempunyai karakter berbentuk flat (datar) karena dalam naskah drama Alogo, tabib berpihak pada Alogo, Putri Tapian dan Bagas, dan sampai akhir dia berdialog dia tidak mengalami perubahan apapun
1. TABIB
Peran tokoh yang dimainkan Tabib termasuk ke dalam tokoh Deutragonis, mempunyai karakter berbentuk flat (datar) karena dalam naskah drama Alogo, tabib berpihak pada Alogo, Putri Tapian dan Bagas, dan sampai akhir dia berdialog dia tidak mengalami perubahan apapun
Fisiologis :
tokoh Tabib berjenis karakter: berkelamin perempuan yang berusia sekitar 30-an tahun, suaranya agak-agak serak seperti penyihir, di kepalanya ia memakai tanduk banteng berwarna hitam, memakai baju hitam panjang hingga menyapu lantai dengan robekan yang rapih, ia memakai sepatu merah menyala, di jari tangannya terdapat banyak cincin, kukunya sudah berukuran sekiar 10 cm, dan ia juga membawa kotak entah berbentuk koper atau tempat untuk perkakas. Terlihat pada dialog Putri Tapian
tokoh Tabib berjenis karakter: berkelamin perempuan yang berusia sekitar 30-an tahun, suaranya agak-agak serak seperti penyihir, di kepalanya ia memakai tanduk banteng berwarna hitam, memakai baju hitam panjang hingga menyapu lantai dengan robekan yang rapih, ia memakai sepatu merah menyala, di jari tangannya terdapat banyak cincin, kukunya sudah berukuran sekiar 10 cm, dan ia juga membawa kotak entah berbentuk koper atau tempat untuk perkakas. Terlihat pada dialog Putri Tapian
Putri Tapian :
Aku tidak mengerti, tolong segera kau urusi mereka. Tabib. Tolong periksa
Jenderal dan Bagas (tabib langsung
bergegas mengeluarkan peralatan dan memeriksa keadaan Alogo terlebih dahulu)
Sedangkan psikologisnya berkarakter: seorang
tabib yang sudah sangat berpengalaman dalam menghadapi berbagai macam penyakit,
dia bertanggung jawab, peduli terhadap kerajaannya. Ini terlihat dalam beberapa
dialog
Putri Tapian :
Aku sendiri tidak mengerti apa yang
terjadi tapi memang begitulah kenyataanya. Tabib segeralah kau tolong dia.
Lakukan apa saja. Dia sudah kesakitan sejak tadi.
Tabib :
Iya aku sedang berusaha. Tapi aku tidak
mengerti bagaimana cara membuat dia lebih baikan. Aku tidak ada ide. Selama aku
menjadi tabib, aku tidak pernah menemukan penyakit yang seperti ini. (hal.22)
Tabib :
…………………………………. Putri, sepertinya kita
harus membawa Jenderal dan Bagas ke istana dan kita akan kumpulkan seluruh
tabib yang ada di negeri ini. Hamba takut keadaan jenderal menjadi semakin
buruk. (hal.23)
Tetapi ia memiliki sifat iri, syirik terhadap surung karena merasa dirinya tidak dapat
mencapai semua keinginan putri. Ini terbukti pada dialog
Tapian :
Kakek, tolong kau bantu kami, aku mohon.
Tabib :
Putri, bukannya hamba lancang, tetapi
memangnya apa yang bisa dilakukan kakek gila ini jika hamba yang dipercaya
sebagai tabib kerajaan tidak mampu
melakukan apa-apa. Saran hamba, sekarang juga kita bawa jenderal ke
istana. (hal.22)
Ia juga seseorang yang mudah terpancing emosinya, tidak mau disalahkan, bisa kita
lihat pada dialog
Surung :
Kau kan tabib? Tau apa kau tentang
pepatah? “Seperti dada yang kemasukan
besi”. Jika dada seseorang kemasukan besi, maka berikanlah pacar besi untuk
besi yang ada di dadanya biar dia tenang. Ah, pepatah saja kau tidak tahu.
Tabib :
Apa lagi maksudnya itu? Putri…………… (hal.23)
Surung :
Ah, kau selalu komplain. Dari tadi kerjamu hanya komplain dan komplain serta
berkata ayo kita bawa dia ke istana
hahahha. Pepatah saja kau tidak tahu.
Tabib :
Dasar orang gila kurang ajar. Kau berani menghinaku sebagai.. (hal.23)
dan ia adalah seorang tabib
yang tersakiti, karena setiap pendapatnya selalu tidak dihargai, bisa dilihat pada
dialog
Tabib :
Putri, bukannya hamba lancang, tetapi
memangnya apa yang bisa dilakukan kakek gila ini ……………..
Putri Tapian :
Kalian diam saja. Kakek, tolong bantu kami, kalau memang kamu bisa membantu.
(hal.22)
Tabib :
Memangnya ada pepatah seperti itu? Seumur
hidup, aku tidak pernah mendengar pepatah seaneh itu.
Surung :
Kau kan tabib? Tau apa kau tentang
pepatah? “Seperti dada yang kemasukan
besi”. Jika dada seseorang kemasukan besi, maka berikanlah pacar besi untuk
besi yang ada di dadanya biar dia tenang. Ah, pepatah saja kau tidak
tahu.(hal.23)
Tabib :
Bukankah itu magnet? Kenapa kau menyebutnya pacar besi?
Surung :
Ah, kau selalu komplain. Dari tadi kerjamu hanya komplain dan komplain serta
berkata ayo kita bawa dia ke istana
hahahha. Pepatah saja kau tidak tahu.
Tabib :
Dasar orang gila kurang ajar. Kau berani menghinaku sebagai..
Putri Tapian :
Sudahlah, biarkan saja dia. Siapa tahu dia bisa membantu.(hal.23)
-talithashb-
No comments:
Post a Comment