Wednesday 14 May 2014

Kajian Tokoh

KAJIAN TOKOH TABIB

Tokoh dan Penokohan
Peran tokoh
1. Protagonis : tokoh yang sering muncul
2. Antagonis : tokoh berperan jahat
3. Deutragonis : tokoh yang berpihak pada protagonist
4. Foil : tokoh yang berpihak pada antagonis
5. Tritagonis : tokoh pelerai konflik antara protagonist dengan antagonis
6. Utility : tokoh yang tidak berpihak pada siapun
7. Raisoneur : tokoh yang mewakili sang penulis tetapi kehadirannya tidak
diperlukan.

Karakter
v Bentuk:
1. Flat → datar
2. Round → melingkar (adanya perubahan)
3. Karikatur → karakter yang dilebih-lebihkan (untuk menyindir)
4. Teatrikal → fungsinya untuk mewakili tokoh yang menyedihkan


v Jenis:
1. Fisiologis → fisik
2. Psikologis → penokohan

Analisis Tokoh dan Penokohan Naskah Drama “Alogo”:
1. TABIB
Peran tokoh yang dimainkan Tabib termasuk ke dalam tokoh Deutragonis, mempunyai karakter berbentuk flat (datar) karena dalam naskah drama Alogo, tabib berpihak pada Alogo, Putri Tapian dan Bagas, dan sampai akhir dia berdialog dia tidak mengalami perubahan apapun

Fisiologis :
tokoh Tabib berjenis karakter: berkelamin perempuan yang berusia sekitar 30-an tahun, suaranya agak-agak serak seperti penyihir, di kepalanya ia memakai tanduk banteng berwarna hitam, memakai baju hitam panjang hingga menyapu lantai dengan robekan yang rapih, ia memakai sepatu merah menyala, di jari tangannya terdapat banyak cincin, kukunya sudah berukuran sekiar 10 cm, dan ia juga membawa kotak entah berbentuk koper atau tempat untuk perkakas. Terlihat pada dialog Putri Tapian
Putri Tapian      : Aku tidak mengerti, tolong segera kau urusi mereka. Tabib. Tolong periksa Jenderal dan Bagas (tabib langsung bergegas mengeluarkan peralatan dan memeriksa keadaan Alogo terlebih dahulu)

Sedangkan psikologisnya berkarakter: seorang tabib yang sudah sangat berpengalaman dalam menghadapi berbagai macam penyakit, dia bertanggung jawab, peduli terhadap kerajaannya. Ini terlihat dalam beberapa dialog
Putri Tapian      : Aku sendiri tidak mengerti apa yang terjadi tapi memang begitulah kenyataanya. Tabib segeralah kau tolong dia. Lakukan apa saja. Dia sudah kesakitan sejak tadi.
Tabib                 : Iya aku sedang berusaha. Tapi aku tidak mengerti bagaimana cara membuat dia lebih baikan. Aku tidak ada ide. Selama aku menjadi tabib, aku tidak pernah menemukan penyakit yang seperti ini. (hal.22)
Tabib                 : …………………………………. Putri, sepertinya kita harus membawa Jenderal dan Bagas ke istana dan kita akan kumpulkan seluruh tabib yang ada di negeri ini. Hamba takut keadaan jenderal menjadi semakin buruk. (hal.23)

Tetapi ia memiliki sifat iri, syirik terhadap surung karena merasa dirinya tidak dapat mencapai semua keinginan putri. Ini terbukti pada dialog
Tapian               : Kakek, tolong kau bantu kami, aku mohon.
Tabib                 : Putri, bukannya hamba lancang, tetapi memangnya apa yang bisa dilakukan kakek gila ini jika hamba yang dipercaya sebagai tabib kerajaan  tidak mampu melakukan apa-apa. Saran hamba, sekarang juga kita bawa jenderal ke istana.  (hal.22)

Ia juga seseorang yang mudah terpancing emosinya, tidak mau disalahkan, bisa kita lihat pada dialog
Surung              : Kau kan tabib? Tau apa kau tentang pepatah? “Seperti dada yang kemasukan besi”. Jika dada seseorang kemasukan besi, maka berikanlah pacar besi untuk besi yang ada di dadanya biar dia tenang. Ah, pepatah saja kau tidak tahu.
Tabib                 : Apa lagi maksudnya itu? Putri……………  (hal.23)
Surung              : Ah, kau selalu komplain. Dari tadi kerjamu hanya komplain dan komplain serta berkata ayo kita bawa dia ke istana hahahha. Pepatah saja kau tidak tahu.
Tabib                 : Dasar orang gila kurang ajar. Kau berani menghinaku sebagai.. (hal.23)

dan ia adalah seorang tabib yang tersakiti, karena setiap pendapatnya selalu tidak dihargai, bisa dilihat pada dialog
Tabib                 : Putri, bukannya hamba lancang, tetapi memangnya apa yang bisa dilakukan kakek gila ini ……………..
Putri Tapian      : Kalian diam saja. Kakek, tolong bantu kami, kalau memang kamu bisa membantu. (hal.22)
Tabib                 : Memangnya ada pepatah seperti itu? Seumur hidup, aku tidak pernah mendengar pepatah seaneh itu.
Surung              : Kau kan tabib? Tau apa kau tentang pepatah? “Seperti dada yang kemasukan besi”. Jika dada seseorang kemasukan besi, maka berikanlah pacar besi untuk besi yang ada di dadanya biar dia tenang. Ah, pepatah saja kau tidak tahu.(hal.23)
Tabib                 : Bukankah itu magnet? Kenapa kau menyebutnya pacar besi?
Surung              : Ah, kau selalu komplain. Dari tadi kerjamu hanya komplain dan komplain serta berkata ayo kita bawa dia ke istana hahahha. Pepatah saja kau tidak tahu.
Tabib                 : Dasar orang gila kurang ajar. Kau berani menghinaku sebagai..

Putri Tapian      : Sudahlah, biarkan saja dia. Siapa tahu dia bisa membantu.(hal.23)


-talithashb-

No comments:

Anugerah

Dari pinggiran trotoar yang kehilangan hangatnya matahari, seorang anak menangis setengah mengigil. Beberapa keping uang receh digenggaman...