Pada suatu hari ada anak kecil yang tidak memiliki kepala.
Tidak ada yang tau pasti bagaimana ia kehilangan kepalanya. Kata
beberapa orang, kepalanya hilang di malam hari ketika maling datang dan mengira
kepalanya adalah porselen cina yang mahal. Kata beberapa orang, kepalanya
tertelan ikan hiu saat dia berlibur di pantai, kata beberapa orang, kepalanya
dibuang oleh dia sendiri karena wajahnya sangat jelek dan masih banyak
cerita-cerita lain mengenai kepalanya. Tapi yang pasti tidak ada kepala di atas
lehernya. Begitu saja tidak ada apa-apa. Walaupun demikian dia sering memakai
topi, panas katanya.
Waktu pertama kali dia datang ke kotaku, semua heboh. Bagaimana
tidak ada seorang anak tanpa kepala datang ke pusat perbelanjaan dan belanja
dengan santai. Orang-orang sibuk bertanya, beberapa merasa kasihan, beberapa merasa
kagum dan beberapa menyalahkan. Tak seharusnya dia keluar rumah tanpa kepala.
Tidak sopan. Hal ini jelas-jelas tidak menghormati budaya ketimuran, budaya
nenek moyang.
Pada dasarnya banyak orang yang mendukungnya dan mengatakan tidak
apa-apa tidak punya kepala. Bukankah itu hanya satu kekurangan saja? Toh pada
dasarnya tidak ada manusia yang sempurna, lantas kenapa harus diributkan?
Selama bisa berbuat kebaikan terhadap sesama manusia ya tidak ada ruginya
memiliki kepala atau tidak adalah hak per individu.
Tidak perlu waktu yang lama, manusia tanpa kepala jadi sangat
terkenal. Semua berita selalu mengenai dia. Koran-koran penuh dengan foto dia
yang tanpa kepala. Aneh memangm biasanya orang dikenali di foto karena
wajahnya. Namun kini semua media penuh dengan tubuh yang tak utuh.
Acara-acara talk show mulai sibuk dan menyiapkan acara untuknya
seperti layaknya selebriti. Banyak acara yang mengundangnya, banyak pertanyaan
yang diajukan tapi dia diam saja tanpa jawaban, hal ini mungkin dikarenakan
tidak adanya kepala jadi otomatis tiak ada mulut. Anehnya di setiap akhir acara
dia selalu mengatakan “terimakasih, selamat malam” lalu di pulang. Entah
bagaimana dan entah darimana dia bisa berbicara dan entah kenapa tidak ada yang
begitu peduli akan hal itu. Setiap kali dia mengatakan “selamat malam” seluruh
penonton akan berteriak bahagia dan bertepuk tangan, selalu begitu. Selama talk
show dia akan terdiam lalu terkadang mengubah posisi duduk, atau jika kebetulan
suasana talkshownya sedih dia akan terlihat seperti mengelap airmata.
Kehadiran manusia yang tanpa kepala membuat banyak brand yang meniru
sosoknya. Banyak barang yang dibuat tanpa kepala dan tentunya menjadi terlihat
aneh. Muncul mobil yang hanya setengah tidak ada bagian depannya. Kereta tanpa
lokomotif dan masih banyak lagi dan beberapa diantaranya tidak dapat berfunngsi
sebagaimana mestinya.
Trend memang demikian adanya, bukan masalah fungsional kalau
ternyata tidak berguna ya tidak apa-apa namanya juga trend.
Begitupun si anak tanpa kepala. Kini dia menjadi trend entah
memiliki fungsi atau tidak. Namun dia tetap begitu adanya dan orang-orang tetap
saja mempertanyakan bagaimana dia kehilangan kepalanyaa walau beberapa
berpura-pura untuk tidak bertanya dengan pertimbangan kurang sopan. Beberapa
berusaha membantu, mendoakan mencarikan
kepala dan masih banyak hal lainnya. Namun nyatanya si anak tetap saja tidak
berkepala dan mereka tetap mendoakan
Kemayoran 22 September 2017
No comments:
Post a Comment