Fisiologis,
Sosiologis, dan Psikologis Tokoh Utusan pada naskah Alogo karya Sumihar Deny T
Tampubolon
Fisiologis
Sebagai
seorang prajurit tokoh utusan memiliki umur yang tidak terlalu tua, sekitar 30
tahun, namun tokoh utusan ini tidak memiliki tubuh yang besar, hanya tubuh
dengan berat yang tidak begitu proporsional.
Dan
ketika ia menjalankan tugasnya sebagai utusan kerajaan hariara, ia mengenakan
ikat kepala dan jubah sebagai kecongkakan dan kesombongannya kala menghadap
Raja Dolok, dan membawa gulungan yang berisi titah dari Raja Balga
Sosiologi
Utusan
adalah seorang prajurit biasa yang hidup dan mengabdikan dirinya pada kerajaan
hariara di bawah pimpinan Raja Balga dan Jenderal Alogo, Kekuatan Jenderal
Alogo dan keberhasilan Raja Dolok dalam menguasai kerajaan-kerajaan lain
menjadikan dirinya prajurit yang memiliki rasa kepercayaan diri yang tinggi
bahwa pasukan dari kerajaan hariara adalah pasukan yang ditakuti di kerajaan
manapun.
Ia
merupakan prajurit yang sudah sering ikut dalam peperangan dan hidup bersama
prajurit lainnya dalam membantu kerajaan hariara untuk menguasai dunia dengan
cara menggulingkan raja-raja yang ada di seluruh kerajaan.
Psikologis
Tokoh
Utusan adalah tokoh yang memiliki sifat tinggi
hati atau sombong hal ini disebabkan karena ia adalah prajurit yang berasal
dari kerjaan hariara, dan dengan berlindung dibalik nama Jenderal Alogo dan
Raja Balga maka jadilah ia memiliki rasa
percaya diri yang tinggi yang menganggap bahwa pasukan kerajaan hariara
adalah pasukan yang ditakuti di kerajaan manapun, dan hal itu dapat dibuktikan
dari dialognya ketika ia bertemu dengan Raja Dolok di Istana kerjaan Huta.
Hahahaha. Selamat
siang yang mulia Raja Dolok penguasa
kerajaan Huta. Apa kabar yang mulia? Kenapa suasana kerajaan tuan sangat sepi.
Bahkan kuburan bisa lebih ceria dari aula tuan yang megah ini.
Karena
dilatarbelakangi hal yang sama seperti di atas tokoh utusan juga memiliki sifat
omong besar tapi sebagai prajurit
jelas terlihat bahwa tokoh utusan adalah tokoh yang sudah sering ikut berperang bersama kerajaan hariara, itulah kenapa
ia mengetahui tata aturan dalam peperangan. Dan kedua hal itu terlihat pada
dialog berikut.
Tunggu,
bahkan dalam keadaan perang sekalipun ada perjanjian yang mewajibkan utusan
dari pihak manapun untuk dilindungi. Apakah kau tidak punya tata krama sebagai
raja?
Namun sebagai prajurit yang sudah sering berperang, utusan
adalah seorang prajurit yang tidak
pandai dalam bertarung, hal ini jelas terlihat tidak adanya sedikit pun
perlawanan dari utusan terhadap raja Dolok ketika ia ingin dibunuh, ia hanya
melawan dengan ucapan saja.
Prajurit seperti ini hanya
memiliki kekuatan dalam beretorika dan cenderung tidak memiliki sifat yang
rela berkorban untuk temannya, dan dapat dipastikan prajurit yang memiliki
sifat seperti ini akan berada di barisan belakang ketika berperang dan lebih mengandalkan otak untuk memikirkan
taktik licik bagaimana cara menghabisi musuh tanpa mengotori tangannya
sendiri, dan orang seperti ini jika memiliki ambisi yang kuat untuk sebuah
kekuasaan maka cenderung akan menghalalkan segala cara dalam mewujudkan
ambisinya termasuk mengorbankan teman-temannya. Namun di dalam naskah alogo
memang tidak digambarkan demikian, hal ini hanyalah sebuah perkiraan dari
gejala yang nampak pada naskah.
Dan hal terakhir yang dapat saya simpulan terhadap tokoh
utusan pada naskah alogo ini adalah, tokoh utusan memiliki kesetiaan terhadap Raja Balga, dan Jenderal Alogo, sebab
ia termasuk prajurit yang memiliki kebanggaan besar ketika namanya disandingkan
dengan nama Alogo dan Raja Balga
Fauzi Afriansyah
No comments:
Post a Comment