Kanak-kanakku berlarian tanpa sempat kurekam
Berlarian menelusuri jalan keremajaanku
Mengadu, menoleh, menggerutu, merutuk, terbawa bahkan
memaki
Namun tak tersimpan rapi
Ribaan, pelukan, belaian, manjaan, teriakan panggilan,
bahkan omelan tidur siang
Berlalu begitu saja, tanpa guratan pada kepalaku yang kosong
Sore yang basah selalu menjadi pemandangan yang menarik
dari jendela ruang kamarku
Melihat daun-daun basah pada taman kecil dihalaman rumahku
yang kini entah kemana.
Dan anak-anak yang berlarian saling mengejar sudah mulai
mengabur
Perlahan demi perlahan memudar dan berganti dengan
dewasa-dewasa dengan kening mengerut
Ah…
Kanak-kanak yang menyenangkan dewasa penuh kerut
Tidak selamanya aku mampu tertidur lelap dalam ribaan
Terkadang lantai dingin ini memaksaku terlelap oleh letih
Tidak selamanya omelan tidur siang dapat dinikmati
siang penuh dengan alasan yang membuatku tetap mengenakan
dasi hitam putihku
Kanak-kanakku dewasaku
Tawa kecilku geram dewasaku
Kanak-kanakku tak mampu menggengam lebih lama
Rawamangun, 28 February 2011
No comments:
Post a Comment