Monday 9 June 2014

Sketsa


Kanak-kanakku berlarian tanpa sempat kurekam
Berlarian menelusuri jalan keremajaanku
Mengadu, menoleh, menggerutu, merutuk, terbawa bahkan memaki
Namun tak tersimpan rapi
Ribaan, pelukan, belaian, manjaan, teriakan panggilan, bahkan omelan tidur siang
Berlalu begitu saja, tanpa guratan pada kepalaku yang kosong

Sore yang basah selalu menjadi pemandangan yang menarik dari jendela ruang kamarku
Melihat daun-daun basah pada taman kecil dihalaman rumahku
yang kini entah kemana.
Dan anak-anak yang berlarian saling mengejar sudah mulai mengabur
Perlahan demi perlahan memudar dan berganti dengan dewasa-dewasa dengan kening mengerut
 Ah…
Kanak-kanak yang menyenangkan dewasa penuh kerut
Tidak selamanya aku mampu tertidur lelap dalam ribaan
Terkadang lantai dingin ini memaksaku terlelap oleh letih
Tidak selamanya omelan tidur siang dapat dinikmati
siang penuh dengan alasan yang membuatku tetap mengenakan dasi hitam putihku
Kanak-kanakku dewasaku
Tawa kecilku geram dewasaku

Kanak-kanakku tak mampu menggengam lebih lama


Rawamangun, 28 February 2011

No comments:

Anugerah

Dari pinggiran trotoar yang kehilangan hangatnya matahari, seorang anak menangis setengah mengigil. Beberapa keping uang receh digenggaman...