Sunday 16 March 2014

Catatan Pemain (berlatih dan bersabar)

Latihan alogo sudah mulai, seperti biasa harus memanjat (lagi) pagar FIP yang tak kunjung juga mendapat ijin, dipersulit ya itu sambutan awal dari pemilik pendopo ini. Entah apa yang membuat mereka terlihat kikir, meminjamkan tempat yang tak terpakai saja mereka enggan, itu memang termasuk dari mereka namun jika tak di gunakan? di Unj minim tempat untuk kami berkarya, entah salah apa bagi mereka yang ingin berkarya, di fasilitasipun minim lalu berebut?ya sudah hal lazim bagi kami.

Latihan kami mulai dengan pemanasan, siapa yang telat datang tentu mendapat hukuman. Tentu itu mewajibkan kami datang tepat waktu dan meminimalisir keterlambatan kami, kami olah tubuh sebagai pembuka untuk adegan berat yang nantinya akan di berikan papah deni atau abang setef. Karena olah tubuh ini merupakan  hal penting yang harus kami punya dalam pementasan ini, melenturkan tubuh agar terbentuk karakter prajuruit dan raja-raja yang menggambarkan alur cerita pementasan ini. pemanasan awal adalah lari, ya lari melatih pernapasan kami dan memanaskan otot kami yang nantinya akan di beri gerakan lain, yang fungsinya agar tidak terkilir. kami mengikuti dan menyimak olah tubuh yang di berikan bang setef.
setelah pemanasan selesai, kami akan mengambil pedang kami, dan berlatih memainkan pedang. Selain memainkan pedang, kami juga berlatih kuda-kuda agar kuat menahan teman kami yang akan berdiri di paha kami sebagai pemegang panah.
dalam pemberian koreo perang ini, kami di wajibkan sigap, lentur, dan tentunya berlatih dengan giat akan tersampainya tujuan koreo yang diberikan.
latihan dibagi menjadi dua, yakni prajurit dan casting sebagai tokoh. mengapa dibagi menjadi dua? agar latihan terfokus pada porsinya, dan tidak semerawut nantinya.
reading tidak kalah seru dengan mereka yang berlatih sebagai prajurit, reading pun berjalan deg-degan untuk para calon yang mengikuti casting.

kami berharap proses latihan ini berjalan dengan lancar, dan untuk mereka yang memandang kami sebelah mata. Harap terbuka lebar, karena hidup tanpa karya sama seperti mayat tanpa kain kapan.
salam manis teletubis :*

No comments:

Anugerah

Dari pinggiran trotoar yang kehilangan hangatnya matahari, seorang anak menangis setengah mengigil. Beberapa keping uang receh digenggaman...