Thursday 10 April 2014

Latihan Alogo Minggu Keempat

Senin kemarin saya terpaksa tidak datang karena tubuh saya yang sedang tidak fit. Sudah izin sama kak Oji, ternyata saya memberi pesan ke nomor kak Oji yang lama. Saat malam saya baru menyadarinya ketika seseorang mengatakan "yang ga dateng gada yang sms kak Oji". Lalu mendapat kabar menyedihkan karena prajurit yang datang sedikit sekali. Ada rasa penyesalan, seharusnya saya datang saja, melihat teman-teman latihan agar tidak ketinggalan koreo baru yang selalu diajarkan setiap latihan. Saya bertekad untuk hadir latihan besok, apapun keadaannya.

Lalu, ketika itu, saya datang, cukup banyak yang hadir. Termasuk yang telah lama tak hadir, Risna dan Dea. Bersyukur sekali karena anggota prajurit akan bertambah. Tapi, juga banyak yang tidak hadir, terutama untuk prajurit kerajaan Hariara, yang dibutuhkan cukup banyak orang. Yang datang hanya lima (kalau idak salah). Bersyukur juga karena kerajaan Huta prajuritnya lengkap (biasanya yang datang sedikit kerajaan huta). Namun adegan harus tetap dilakukan, walau pada akhirnya adegan menjadi garing karena ketidaklengkapan pemain. Untuk pertama kalinya adegan prajurit dilakukan sampai akhir, dan....lumayan sepertinya hehe. Taukah kalian, jika ada yang berhalangan hadir tanpa alasan, akan memengaruhi teman-teman yang hadir? Sedih, kecewa, tapi mood harus tetap dijaga. Hari kamis harus lebih baik dari ini.

Kamis, latihan dipercepat karena akan datang seorang perwakilan dari kementrian kesehatan, yang akan mengundang Bengsas tampil di acara mereka dengan bayaran yang lumayan, dan juga dengan harapan mereka mau mensponsori pementasan Alogo. Ada Bunda juga, alhamdulillah beliau sudah pulih, walau terlihat wajahnya masih sedikit pucat. Semoga Bunda bisa benar-benar pulih, aamiin. Setelah magrib, bapak Deny berkata bahwa sepertinya kementrian akan bekerja sama dengan bengsas untuk pertama dan terakhir kalinya. Karena saat latihan di depan perwakilan itu, berjalan dengan sangat jayus. Seperti tanpa persiapan. Mohon maaf bapak, saya belum begitu mahir bermain gitar, dan sudah lama saya tidak bergitar, gerakan jari dan tangan saya menjadi kaku karena sudah tak terbiasa lagi.

Kemudian untuk pertama kalinya saya melihat bapak Deny pesimis. Dia adalah orang yang paling optimis yang pernah saya kenal, namun rasa optimis itu seketika hilang di matanya. Saya bisa melihat rasa kecewa bapak Deny saat itu, walau perbincangan itu diselingi canda tawa, walau bapak Deny mengatakan bahwa dirinya tidak marah. Saya tau bahwa bapak ingin sekali pementasan besar ini akan berjalan sesuai rencana yang telah ia buat.
Selama ini, kesalahan saya adalah rasa kepemilikan pementasan ini belum hadir di jiwa saya, pementasan ini baru sampai ke hati saya. Tidak adanya rasa inisiatif di dalam diri saya untuk melakukan sesuatu hal. Saya hanya hadir untuk latihan, mengikuti metodenya, adegan, dan pulang. Setiap saya ingin melakukan sesuatu, saya tidak tau bagaimana cara melakukannya. Hal itu selalu terjadi dalam diri saya.

Saya menyukai metode latihan Bapak. Ia sangat sabar dalam menghadapi pemain yang tidak disiplin. Di perbincangan itu, sebenarnya yang penting itu kedisiplinan pemain. Kedisiplinan bisa dibangun jika masing-masing individu menjalankan dan mematuhi peraturan dengan hati, bahkan kalu perlu jiwa. Saya pun kecewa dengan diri saya karena belum menjadi pemain yang baik, dan telah mematahkan rasa optimis Bapak. Ia sangat yakin bahwa pementasan ini akan megah dan kolosal, maka dari itu ia yakin pementasan ini akan menang di FTJ nanti. Ia juga yakin akan bisa mendapatkan sponsor, biaya, dan keuntungan yang banyak.

Perbincangan malam itu juga menyinggung masalah perbandingan Bengsas di angkatan awal-awal dengan yang sekarang. Awalnya memang itu menyebalkan, lalu saya mengerti, bapak hanya ingin membawa Bengsas seperti dulu, seperti awal tumbuh, dimana Bengsas selalu menjadi kebanggaan dan bisa membuat pementasan besar yang sangat sukses.
"Gue sih pesimis kalo latihannya kayak begini terus". Begitu katanya. Saya menundukkan kepala.

Malam itu menjadi malam perenungan bagi saya. Semoga, segala hambatan bisa dilalui dengan baik, segala problema bisa terselesaikan dengan bijak.
Balong.

No comments:

Anugerah

Dari pinggiran trotoar yang kehilangan hangatnya matahari, seorang anak menangis setengah mengigil. Beberapa keping uang receh digenggaman...