Thursday 10 April 2014

Latihan Alogo Minggu Kelima

Dimulai dari hari minggu, dimana kami dijarkom untuk membuat properti senjata prajurit jam 1 siang. Sampai TKP saya melihat princess Mia sedang duduk sendirian bagaikan princess menunggu prince. Bodo amat.

Saya mengira bahwa saya adalah orang yang paling terlambat datang. Akhirnya kami berbincang mengenai malam itu, ketika princess Mia mengeluarkan air matanya yang selama ini dipendam. Kemudian disusul oleh kedatangan Fitri si Tahu dan Mega si Sayur (yailah). Lalu datanglah Dayat atau Despian. Berbincang-bincang sampai jam setengah dua, tak ada yang datang lagi. Mencoba menghubungi kak Oji, ternyata dia sedang sakit, tidak tahu siapa yang menyakiti. "Telpon bang Mussab aja", katanya. Tapi ternyata kak Mussab sedang ada urusan mendadak. Ngablu sebentar, kak Kucing datang, dan menyuruh saya dan Mia untuk membeli sesuatu yang bisa dimakan dan diminum dengan uang sadanya. Sekalian mengambil gergaji dan golok (yang sudah berkarat) di rumah saya yang jaraknya tak jauh dari UNJ.

Sampai TKP lagi sudah ada bapak Deny dan kak Stef. Disusul kak Baskoro yang membawa golok dengan gagah berani. Hari itu kami hanya membuat 8 pedang. Alhamdulillah.

Dilanjutkan di hari Senin, dimana hari itu merupakan tanggal merah, dimana kami semua libur. Kami memutuskan untuk berkumpul dari jam 1 siang untuk melanjutkan membuat properti, yang akan dilanjutkan latihan koreo dengan konsep baru pada jam 5 sore. Yang datang cukup banyak untuk membuat properti. Tetapi tidak untuk latihan koreo. Hanya beberapa. Sangat kecewa. Tapi tak apa, hari itu tetap menyenangkan karena konsepnya menarik. Tak sabar untuk latihan besok, semoga banyak yang hadir.

Dugaan saya benar, hari itu yang hadir lengkap. Semua prajurit. Koreo mulai dibentuk menjadi lebih jelas dari bapak Deny. Kemudian gerakan koreo prajurit dibantu oleh kak Jawir. Sempat kecewa karena saya dipecat jadi prajurit untuk adegan pembuka ini. Saya dipindahkan peran menjadi ibu-ibu pencabut rumput. Tetapi saat itu saya merasa seperti ibu-ibu pejabat yang jatuh miskin. Gerakan saya kacau. Tidak gemulai. Bahkan bapak lebih gemulai dari saya. Selesai latihan saya diajarkan kak Ziya yang superimut itu untuk menari panen padi apalah itu namanya. Disuruh mencabut rumput saja saya kaku, apalagi menari. Tapi masukan itu sangat berguna bagi saya. Saya latihan gerakan tarian itu di rumah.

Pada kamis, kembali latihan untuk adegan opening. Para prajurit digarap oleh kak Jawir, sedangkan ibu-ibu, petani, anak kecil dan ibu dari si anak digarap oleh kak Stef. Saya masih berlatih menggemulaikan tangan saya. Setelah latihan yang cukup lama, kami pun memulai adegan.

Gerakan dan move prajurit menjadi lebih rapi dan ajeg. Adegan pedesaan juga menjadi lebih hidup. Untuk pertama kalinya, selesai adegan itu bapak bilang, "Oke tepuk tangan untuk kalian semua". Itu menjadi keelgaan sendiri bagi saya. Alhamdulillah, adegan pembuka sudah jadi dan menarik. Hanya dimaksimalkan kembali saja, terutama untuk adegan saya.

Semoga ini menjadi awal semangat kita dalam berproses. Semoga selalu dipermudah. Aamiin.

Balong.

No comments:

Anugerah

Dari pinggiran trotoar yang kehilangan hangatnya matahari, seorang anak menangis setengah mengigil. Beberapa keping uang receh digenggaman...